Krjogja.com - SLEMAN - Sebanyak 16 tim bertarung dalam Turnamen Fajar Timur Yogyakarta (FTY) Cup yang digelar Concat Soccertainment Depok Sleman, Kamis (16/11/2023). Tim yang bertanding merupakan perwakilan dari berbagai ormas maupun paguyuban yang ada di Yogya mulai dari Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Medan maupun tuan rumah.
Koordinator turnamen, Bilal Asso mengatakan even ini digelar untuk menyemarakkan HUT ke-3 FTY. Turnamen futsal dipilih karena olah raga ini mampu menyatukan semua golongan masyarakat dari berbagai daerah.
"Ini untuk mempertemukan saudara-saudara kita dari mana saja. Dengan demikian kita yang dalam ormas maupun paguyuban yang berbeda akan saling kenal dan bersatu," kata Bilal Asso disela turnamen.
Dalam turnamen ini, semangat persatuan ditonjolkan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas. Selain itu juga dijadikan sarana untuk menyehatkan masyarakat dengan berolahraga.
Ia menegaskan, keberadaan ormas tak selamanya berkonotasi negatif. Ini terbukti para peserta yang mayoritas merupakan anggota ormas dapat bersatu dan membangun kebersamaan.
“Kita ingin merangkul semua adik-adik, kita itu cari persaudaraan. Kita menghilangkan adanya sorotan negatif adanya premanisme," jelasnya.
Bilal Asso menambahkan keberadaan ormas harus mampu menciptakan suasana aman, nyaman dan kondusif. Terlebih lagi Yogya yang selama ini jauh dari konflik harus terus dijaga bersama.
"Harapannya kita semakin solid di kota ini. Kebetulan banyak adik-adik yang menutut ilmu di sini dan kita ingin berbagi bersama warga Yogya,” kata pria asli Papua ini.
Ketua panitia HUT ke-3 FTY, Nikolaus Namsa menambahkan selain turnamen futsal ada berbagai kegiatan yang digelar dalam menyemarakkan hari jadi. Kegiatan putihkan tembok Yogya misalnya, para anggota FTY mengecat dinding-dinding publik kawasan Jembatan Lempuyangan yang menjadi korban aksi vandalisme.
Maupun aksi konvoi tertib helm dengan berkendara berkeliling Yogya. Dalam kegiatan ini seluruh peserta berkendara secara tertib lalu lintas dengan tak meninggalkan kewajiban utama mengenakan helm.
"Kita ingin membuktikan ke semua warga bahwa tidak semua orang yang notabene dari timur memiliki stigma negatif. Kita ingin meluruskan statemen tersebut, kami juga bisa mencintai Yogya,” jelasnya. (*)