Hafidh Asrom: Agar Tak Semakin Tertinggal, Siapkan SDM Pariwisata Yogya yang Mumpuni

Photo Author
- Selasa, 6 Februari 2024 | 08:46 WIB
Anggota DPD RI Hafidh Asrom dan GKR Hayu dalam diskusi 'Mengembankan Desa Wisata Berkelanjutan'.
Anggota DPD RI Hafidh Asrom dan GKR Hayu dalam diskusi 'Mengembankan Desa Wisata Berkelanjutan'.

KRjogja.com - SLEMAN - Berbicara dalam Diskusi Publik dan Jaring Aspirasi di Asram Edupark bertema 'Mengembangkan Desa Wisata Berkelanjutan', Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Ishadi mengakui, sebagian besar desa wisata yang berkembang di Sleman, telah memanfaatkan tanah kas desa. Ada desa wisata yang memang dibangun dan dikembangkan di atas tanah kas desa, tapi tidak sedikit juga yang memanfaatkan tanah kas desa sebagai area pengembangan dari destinasi wisata. Misalnya untuk area outbond, camping ground dan lain sebagainya.

“Harus diakui, sebagian juga belum mengantongi izin dari gubernur. Maka perlu ada solusi terbaik. Karena tidak mungkin juga kan kalau desa wisatanya lantas tidak beroperasi. Karena bagaimanapun aktivitas di desa wisata telah membantu perekonomian warga. Mungkin kami harus memohon adanya diskresi atas kasus seperti ini. Sebab di lapangan, nyata pemanfaatan tanah kas desa itu bukan untuk kepentingan perorangan, tapi untuk warga,” jelasnya, Senin (5/2/2024). Selain Ishadi, diskusi ini juga menghadirkan Anggota DPD RI Hafidh Asrom dan GKR Hayu sebagai pemateri.

Baca Juga: Surprise, Anies Baswedan Mampir ke Lunpia Cik MeMe di Semarang

Ishadi menyampaikan hal ini, lantaran banyak pengelola desa wisata yang hadir dalam diskusi tersebut, mengungkapkan permasalahan terkait pemanfaatan tanah kas desa. Tidak sedikit pengelola desa wisata yang harus gigit jari tidak bisa menerima bantuan sarana prasarana, karena mereka belum mengantongi izin pemanfaatan tanah kas desa dari gubernur.

“Iya, kami harus bertindak adil. Pengelola desa wisata yang memanfaatkan tanah kas desa dan belum mengantongi izin dari gubernur, tidak bisa mendapatkan bantuan sarana prasarana,” lanjut Ishadi.

Sementara Hafidh Asrom mengatakan, SDM masih menjadi persoalan serius, termasuk dalam mengelola desa wisata. Bahkan, dirinya melihat daerah lain lebih serius menyiapkan SDM di bidang kepariwisataan dibandingkan Yogya yang menyandang status Kota Pariwisata.

“Saya sependapat, kalau kita harus serius menyiapkan generasi muda. Kalau yang aktif rata-rata orangtua, siapa nanti yang akan meneruskan mengelola desa wisata dan kepariwisataan di DIY ini?” katanya.

Baca Juga: Korban Penipuan Penggandaan Uang Bertambah

Guna membantu menyiapkan SDM yang profesional ini, Hafidh meminta pengelola desa wisata untuk melakukan pendataan terkait potensi SDM di wilayah masing-masing. Dari pendataan tersebut, apabila memang diperlukan dirinya siap untuk membantu mencarikan beasiswa, agar pemuda-pemuda dari kampung desa wisata dapat melanjutkan studinya.

“Bukan hanya pendidikan, bisa jadi perlu pelatihan-pelatihan khusus. Data itu menjadi penting, agar program kita bisa tepat sasaran. Saya siap membawa aspirasi para pengelola desa wisata ke pihak-pihak yang terkait. Termasuk siap mencarikan beasiswa untuk pemuda pemudi, yang memang serius ingin terus belajar mengembangkan diri,” kata Hafidh.

Terkait hal itu GKR Hayu berpendapat perlu perhatian bersama terkait pengelolaan SDM bidang pariwisata. Sudah saatnya pemuda di DIY sadar potensi daerahnya agar tidak selalu hanya menjadi penonton.

"Salah satunya tentunya dengan menyiapkan pengelolaan teknologinya. Media sosial sangat penting dikelola anak muda seperti Karang Taruna secara menyeluruh. Kita manfaatkan keberadaan Karang Taruna di Sleman ini untuk meningkatkan pengetahuan anak muda di bidang pariwisata," ujar Hayu.

Sekretaris Forum Komunikasi Desa Wisata Kabupaten Sleman, Esti mengungkapkan, problem terkait desa wisata sangat beragam. Menurut pengelola Desa Wisata Grogol di Sleman barat ini, meski sudah menjadi bagian dari sumber peningkatan kesejahteraan, masih banyak warga yang belum maksimal dan serius dalam mengelola desa wisata.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini di DIY 6 Februari 2024, 3 Kabupaten Ini Akan Turun Hujan Hingga Malam Hari

Ia menyebut, SDM yang serius mengelola desa wisata kebanyakan adalah orang-orang yang sudah berkeluarga dan bahkan kalangan orangtua. Sedangkan anak-anak muda yang semestinya lebih potensial karena akrab dengan dunia digital, masih terlihat enggan untuk ikut mengelola.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X