Workshop Maqasid Perkaya Studi Keislaman  

Photo Author
- Rabu, 28 Februari 2024 | 11:05 WIB
 Prof Dr Jasser Auda saat menyampaikan  materi "Lecture Series and Workshop, Maqasid Methodology”. KR-Istimewa
Prof Dr Jasser Auda saat menyampaikan  materi "Lecture Series and Workshop, Maqasid Methodology”. KR-Istimewa
 
KRJOGJA.com, SLEMAN  - Workshop Maqasid sangat penting  bagi para pengkaji studi keislaman dalam memperkaya pengetahuan yang kemudian bisa dikorelasikan dengan ilmu-ilmu sosial  lainnya.
 
Dengan adanya maqasid, maka fikih menjadi lebih cair. Dampak fikih yang cair, memunculkan komunitas muslim yang mengkaji Al Maqasid.
 
"Terlebih  menghadirkan para narasumber yang  kajian-kajiannya sungguh menarik, baik di dunia nyata maupun dunia maya," kata Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII), Dr Drs Asmuni MA, saat membuka  “Lecture Series and Workshop, Maqasid Methodology”, Senin (26/2) di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14.5 Sleman. 
 
Workshop yang digeber Program Doktor Hukum Islam, FIAI UII menghadirkan narasumber utama Prof Dr Jasser Auda, President of the Maqasid Institute yang juga Profesor tamu Hukum Islam (Islamic Law) di Carleton University Canada. Narasumber kedua, Dr Addiarahman, SHI MHI selaku Executive Director of Maqasid Institute Indonesia, alumni Program Magister Ilmu Agama Islam FIAI UII, dosen Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
 
Workshop  selama 2 hari  hingga Selasa (27/2) ini diikuti peserta dari dosen dan mahasiswa program doktor yang hadir langsung maupun melalui live streaming. 
 
"Sebelumnya, tahun 2017, Prof. Jasser Auda saat menjadi narasumber di FIAI UII,  menjelaskan terdapat banyak pendekatan dalam memahami wahyu. Dari ragam pendekatan tersebut dia menawarkan pendekatan integratif (muqaarabah takaamuliyyah).
 
Dengan pendekatan tersebut maka pemahaman terhadap wahyu, yang salah satu aspek pentingnya adalah maqaashid syarii’ah menjadi komprehensif.
 
"Karenanya, Prof Jasser menasihatkan untuk menghindari beberapa pendekatan dalam memahami wahyu. Yaitu, pendekatan parsialistik (muqaaraabah tajzii-iyyah). Lalu, pendekatan justifikatif (muqaarabah tabriiriyyah). Pendekatan ini maksudnya adalah menjadikan ayat untuk menjustifikasi realitas (min al-waaqi’ ila an-nashsh).
 
Sementara yang ideal adalah berangkat dari Al-Quran untuk membaca realitas (min an-nashsh ila al-waaqi’).," ungkapnya. 
 
Selanjutnya dalam workshop hari pertama Senin (26/2).Prof Jasser Auda dalam presentasinya menyatakan Islam merupakan the way of life.
 
 
"Penting  memahami tujuan sebagai dasar dalam kajian keilmuan dalam upaya taqsid dan pendekatan komprehensif untuk memahami kajian Islam secara utuh, sehingga tidak parsial. 
 
Kemudian hari kedua, Selasa (27/2) Prof. Jasser Auda menjelaskan lima langkah  dalam metodologi maqosid  yaitu pertama mendefinisikan tujuan, kedua melakukan refleksi berulang) atas Al-Qur’an dan Sunnah, ketiga membangun framework berbasis pandangan dunia Islam, keempat melakukan kajian kritis atas literatur dan realitas dan  kelima membangun teori prinsip baru yang menjadi bahasan utama dalam metodologi maqasid sebagai  acuan aplikasi  maqasid era modern. 
 
Di akhir workshop saat sesi tanya jawab muncul pemikiran dari Dr Yusdani MAg Dosen FIAI UII, untuk mendirikan Pusat Studi Maqasid di lingkungan UII, dan langsung mendapat tanggapan dari Prof Jasser yang mendukung perdirian Pusat Studi Maqasid di FIAI sebagai cabang dari Maqasid Insititute Global yang dipimpinnya. (Vin)
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X