Krjogja.com Sleman Ketua Umum PP Ikatan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Ganjar Pranowo mengingatkan adanya diversifikasi pangan dan mendorong alternatif pangan dalam menghadapi tantangan Indonesia Emas di Tahun 2045. Termasuk membutuhkan kehadiran negara dalam pengelolaan transisi energi dimana Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar dan berpotensi mengembangkan industri kendaraan listrik di dunia.
"Negara di eropa seperti Prancis mulai mengganti mobi listrik. Kondisi ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan transisi energi. Bahan, menjadi pemain nomor satu di dunia dalam industri baterai listrik karena memiliki nikel. PR kita adalah bagaimana mengatur dan mengelola potensi besar itu agar Indoneaia menjadi negara kaya raya dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyareakatnya," kata Ganjar Pranowo secara virtual di sela penerbitan buku yang bertajuk Menuju Indonesia Emas: Berkeadilan, Bermartabat, Berkelanjutan dan Berketahanan Iklim di Kampus UGM Yogyakartya. Senin (19/8). Penerbitan buku ini dalam rangka peringatan hari kemerdekaan RI ke-79 dan rangkaian Dies Natalis ke-75 Universitas Gadjah Mada, bertempat di kampus UGM Yogyakarta, Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat bersama lembaga kajian independen Sustainitiate.
Ganjar berharap penerbitan buku ini menjadi trigger agar UGM bisa berbicara lebih dalam guna menyelesaikan permasalahan saat ini. Bahkan, baru baru ini UGM menjalin kerjasama daur ulang limbah baterai listrik dengan pihak swasta di Semarang. Selain itu, buku ini juga mendorong alternatif pangan guna menghadapi perubahan iklim.
Baca Juga: Dokumen Rekomendasi PKB, Tambahan Daya Paslon Tiwi-Hendra
"Saya melihat impor pangan masih lebih besar ketimbang dengan produktivitasnya. Jadi sudah perlu disiapkan diveersifikasi pangan dan tidak melulu mengandalkan beras impor. Buku ini baiknya bisa mendorong tereciptanya alternatif pangan dengan mencatat pola tanam per daerah sehingga mampu berprouksi (pangan) dengan baik. Pemenuhan cadangan pangan juga pasti tercapai," imbuh Mantan Gubernur Jawa Tengah ini.
Ilmu iklim, kata Eks Capres dari PDI Perjuangan ini juga dapat menyelesaikan masalah pangan dengan mengatur manajemen air untuk minum dan pengairan. Dimana ujungnya adalah hutan dan saat ini pasti ada perbenturan antara tambang dengan mengeksplotasi kekayaan hutan.
"Dengan pengelolaan baik dan benar, di dalam 100 tahun mendatang bisa dilihat apakah Indonesia menjadi negara besar atau tidak. Ada baiknya negara dalam mengatur tambang beriringan dengan kesehatan sehingga Indonesia Emas tidak susah untuk dicapai," pungkasnya.
Baca Juga: Kebenaran di Balik Mitos Jalan Kaki 10.000 Langkah, Idealnya Berapa Langkah?
Ganjar Pranowo juga mengingatkan untuk tetap mempeehatikan kesehatan mental warga negara dimana banyak kasus bunuh diri dan mampu menghadapi tekanan sosial, politik maupun ekonomi yang menjadi kodrat manusia.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni UGM Arie Sujito mengatakan tulisan-tulisan yang ada membahas isu strategis yang dihadapi, pokok permasalahan dan pembelajaran dari kinerja pembangunan selama ini. “Buku ini menjadi sumbangsih para praktisi dan akademisi, dalam menawarkan panduan serta inspirasi bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan ke depan”
Dia menjelaskan cita-cita luhur bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa tentu dimaknai dengan arti keadilan yang mencakup pembangunan berkelanjutan yang merata, termasuk menjamin sistem penyangga kehidupan (jasa ekosistem). Kekayaan alam Indonesia merupakan modal penting dalam upaya memajukan kehidupan bangsa, berazaskan pemanfaatan yang adil dan berkesinambungan, termasuk bagi generasi mendatang.
Buku ini merupakan sintesis dari berbagai pemikiran dan rekomendasi yang dihasilkan dari seminar yang membahas isu-isu strategis dalam pembangunan Indonesia menuju visi Indonesia Emas. Materi buku memuat enam bahasan, pertama tentang kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan berbasis pembangunan desa; kedua tentang pencapaian kehidupan masyarakat yang cerdas; ketiga tentang kerangka pemerataan pembangunan; keempat tentang kesehatan dan resiliensi terhadap perubahan iklim; kelima tentang pembangunan berbasis sumber daya alam (Nature-based Solutions); dan keenam tentang ekonomi hijau. (*)