Akademisi Pascasarjana UGM dan Telkom University Bahas Analisis Wacana Suksesi Kraton Dalam Perspektif Media Massa

Photo Author
- Kamis, 28 November 2024 | 19:40 WIB
Penulis buku (Ist)
Penulis buku (Ist)



Krjogja.com - SLEMAN - Program Studi Magister Kajian Budaya dan Media UGM bekerjasama dengan Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Telkom University Bandung menggelar Peluncuran Dan Diskusi Bedah Buku berjudul Kontestasi Wacana Suksesi Keraton Yogyakarta di Media Massa, yang ditulis oleh Dr. Catur Nugroho (Dosen Telkom University) dan Prof. Dr. Sugeng Bayu Wahyono (Dosen UNY dan KBM UGM), Kamis (28/11/2024). Acara diikuti mahasiswa dan akademisi dari UGM serta Telkom University yang hadir secara langsung.

Selain dua orang tersebut, buku ini juga hasil kolaborasi dengan almarhum Dr. Wisma Nugraha Ch, yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM didukung oleh Keluarga Alumni Kajian Budaya Media UGM (Katabumi) dan Diorama (Diskusi Korupsi, Perempuan dan Media). Acara ini juga menghadirkan dua orang pembahas buku, Dr. A.B Widyanta (Dosen Sosiologi UGM) dan Dr. Riant Nugroho (Staf Ahli Kementrian Komdigi) yang mewakili Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria. Hadir pula akademisi, praktisi, NGO dan masyarakat umum.

Buku ini menilik wacana pada isu suksesi Keraton Yogyakarta, dan hadir sebagai upaya memahami dan menganalisis isu itu dalam konteks pemberitaan media massa. Di tengah dinamika sosial dan politik yang kompleks, isu suksesi kepemimpinan di keraton tidak hanya menjadi perhatian masyarakat Yogyakarta, tetapi juga menarik perhatian publik nasional.

Dalam proses ini, media massa berperan sebagai aktor kunci yang membentuk persepsi dan pengetahuan publik melalui teks dan narasi yang mereka sajikan. Ketika membaca buku ini, kita dapat melihat peran media massa sebagai agen yang mengkonstruksi narasi seputar suksesi Keraton Yogyakarta.

Menurut Dr. Catur Nugroho, buku ini melakukan analisis terhadap tiga surat kabar harian Kompas, Republika, dan Kedaulatan Rakyat, yang meliput isu suksesi kepemimpinan di Yogyakarta antara Maret hingga Mei 2015. Melalui analisisnya, penulis berusaha mengungkap hubungan antara ideologi media dan aspek kebahasaan yang dihasilkan.

"Saat itu di masyarakat dan media ramai mengangkat isu tersebut. Ini menarik menurut saya karena media intens memproduksi teks dan wacana terkait hal itu. Saya akhirnya memutuskan membuat buku. Menarik dalam perkembangan muncul peristiwa yang mengikuti, bagaimana situasi internal di keluarga Keraton Yogyakarta termasuk isu kesetaraan gender, perempuan yang juga muncul, saya coba urai dalam buku ini," ungkapnya pada wartawan usai diskusi.

Selain itu, situasi sosial, politik, dan budaya yang melatarbelakangi produksi teks juga menjadi fokus kajian. Buku ini membongkar relasi kuasa antara media dan aktor-aktor sosial yang terlibat, serta bagaimana masing-masing pihak menjalankan kekuasaannya dalam konteks suksesi kepemimpinan.

Kaprodi Program Doktor Kajian Budaya dan Media UGM, Dr. Budiawan, kegiatan ini menyediakan arena diskusi dan komunikasi antara akademisi, praktisi dan jurnalis dalam melihat posisi dan peran media sebagai kekuatan ekonomi politik. Selain itu dengan diskusi buku ini juga diharapkan dapat membangun pemahaman bersama mengenai peran media massa di era digital sebagai salah satu kekuatan demokrasi.

"Mendapatkan masukan mengenai peran dan tanggung jawab media sebagai penyampai pesan dari publik dan penjaga bagi berlangsungnya proses demokrasi di Indonesia," lanjutnya.

Sedangkan Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Telkom University, Dr. Martha Tri Lestari menyampaikan kegiatan peluncuran dan diskusi buku ini hasil kerjasama Program Studi Magister Kajian Budaya dan Media UGM dan Magister Ilmu Komunikasi Telkom University di dunia akademis. Martha berharap dengan kegiatan diskusi ini dapat mempererat kerjasama dua prodi ke depannya terutama dalam lingkup kajian media digital.

Buku ini menurut penulis Prof. Dr. Sugeng Bayu Wahyono, mendalami lebih jauh tentang kajian ekonomi politik media dalam melihat kontroversi seputar suksesi Keraton Yogyakarta menciptakan lingkungan yang dinamis bagi media untuk mereproduksi wacana. Ketika berbagai pihak, termasuk anggota keluarga keraton, pemerintah, dan masyarakat, mengungkapkan pendapat mereka, media harus memutuskan bagaimana menyajikan informasi tersebut.

"Proses ini sering kali melibatkan seleksi dan framing yang dapat mempengaruhi cara publik memahami isu tersebut," pungkasnya. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X