KRJogja.com - Sleman - Perhimpunan Fisioterapi Anak Indonesia (PFAI) Cabang Yogyakarta menggelar kegiatan bakti sosial pada Sabtu 7 Desember 2024 di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta, Kalasan.
Hal tersebut sebagai capaian program pengabdian masyarakat nasional PFAI tahun 2024. Adapun kegiatannya meliputi pemeriksaan kesehatan gratis dari postur, sensory profile, kesehatan, hingga pemeriksaan gigi.
Ketua PFAI Yogya, Rini Setyowati menuturkan aksi sosial ini juga menghadirkan para fisioterapis dari seluruh Indonesia atau perwakilan provinsi.
Baca Juga: Kemenkomdigi apresiasi 10 UMKM terbaik pada Business Matching 2024
"Pada hari ini yang bisa datang adalah di Pulau Jawa, dari cabang Jakarta, Bogor, Bandung, kemudian Semarang, Surabaya itu bisa hadir hari ini. Kalau yang di luar Pulau Jawa kebetulan belum bisa hadir karena kondisi," ujar Rini.
Rini menjelaskan dalam pemeriksaan diikuti oleh 35 anak, di mana 30 merupakan anak sekolah luar biasa dan yang 5 adalah anak yang dengan disabilitas.
"Supaya mereka bisa lebih maksimal dalam pembelajaran. Karena sistem indranya kita screening , lalu pemeriksaan profil sensornya juga. Misalnya anak ini gangguan terlalu sensitif di pendengaran atau terlalu sensitif di penglihatan sehingga mudah terganggu pada lingkungan. Diharapkannya nanti bisa menunjang proses belajarnya supaya anak lebih baik, "lanjut Rini.
Baca Juga: Cinomati Masih Rawan Laka, Truk Terguling Merintangi Jalan
Ia berharap anak-anak dengan disabilitas tersebut tidak berhenti sampai sini.
"Ternyata dengan pemeriksaan hari ini mereka bisa lebih bisa dioptimalkan lagi untuk melakukan proses belajar dengan lebih maksimal, " tuturnya.
Sementara itu, Arif Kurniawan selaku ketua Umum 2 PFAI mengatakan setelah pemeriksaan di sini ada sedikit home program untuk orang tua.
"Jadi karena sifatnya untuk terapi anak-anak disabilitas itu memang harus berkelanjutan. Peran orang tua menjadi kunci untuk keberhasilan perkembangan dan anak-anak dengan kondisi kesehatan khusus atau berbeda. Memang nanti dikerjakan pr nya gitu ya. Intinya kita harus kolaborasi dengan orang tua, jadi tidak bisa berpusat hanya ke layanan terapi aja baik di rumah sakit atau terpilih manapun," tandas Arif. (*3)