Krjogja.com - SLEMAN - Yayasan Dahana Pramoda yang bergerak di bidang kepemudaan menggelar Sarasehan Pembentukan Karakter Pemuda di Era Digital Menyikapi Dinamika Sosial Politik, di Jogja Cozy Space Jalan Damai Ngaglik Sleman, Minggu (6/7/2025). Tiga pembicara dihadirkan yakni Wakil Rektor UGM Arie Sujito, Momo Zima vokalis band sekaligus Youtubers lingkungan serta Bonbon Yosafat seorang pengarsip budaya Nusantara.
Bekti Gunawan, Ketua Panitia dari Yayasan Dahana Pramoda, mengatakan pihaknya memiliki konsern bidang kepemudaan, UMKM, kreatif akademi yang kali ini berkolaborasi dengan karang taruna se-Sinduarjo Ngaglik. Pihaknya sengaja melibatkan akademisi, pekerja kreatif, musisi dan arsiper kebudayaan nasional sebagai pembicara untuk berbagi pengalaman.
Baca Juga: MY Esti Wijayati: Data Pendidikan Akurat Kunci Bantuan Tepat Sasaran untuk Pendidikan Bermutu dan Berkeadilan
"Kami datangkan Arie Sujito, Momo Zima yang punya kanal Youtube dengan isu lingkungan juga Bonbon Yosafat pengarsip kebudayaan dan pembuat film dokumenter. Kami ingin melihat karakter anak muda dari berbagai perspektif, kami gali dan diskusikan," ungkapnya di sela acara.
Tujuan akhirnya menurut Bekti adalah bagaimana anak-anak muda melek literasi digital. Mereka diharapkan bisa memanfaatkan sosial media dengan baik.
"Mereka bisa filterisasi isu di media dan memaksimalkan sistem kurasi dalam diri. Nantinya diharapkan akan muncul ide, kreativitas yang positif dari para peserta, yang totalnya 120 orang dari wilayah Sleman," lanjutnya.
Baca Juga: Aliansi BEM se-Yogyakarta Serukan Darurat Lingkungan, Menyoroti Praktik Tambang di DIY
Arie Sujito, yang juga memiliki konsern pada anak muda menilai tak mungkin anak muda sukses sendiri tanpa keberpihakan policy negara. Poin kunci dikatakan Arie adalah masyarakat sebagai entitas karena ekosistem sukses pemuda dipengaruhi daya dukung masyarakat.
"Banyak prestasi tapi yang banyak dibenci juga anak muda. Ini tak bisa dianggap remeh. Anak muda tonggak masa depan. Negara harua hadir dengan serius karena masih ada kasus kekerasan, gangster, judi online dan hal-hal negatif lainnya. Masih banyak situasi ini. Pemerintah dan inisiatif masyarakat harus berjalan beriringan menciptakan ekosistem yang baik," ungkap Arie.
Membangun karakter pemuda dikatakan Arie harus menjadi isu penting bagi negara. Jangan hanya terbiasa memuji pemuda yang berprestasi saja lantas mengesampingkan mereka yang biasa-biasa saja atau dinilai kurang potensial.
"Itu oke (memuji prestasi) tapi harus lebih banyak menjangkau mereka yang potensial. Membuka peluang mereka muncul. Ini yang jadi tugas negara membuka potensi menjadi prestasi. Ini PR kita bersama, era digital bisa dimanfaatkan dengan positif oleh anak muda. Jangan justru sebaliknya. Kenali karakter anak-anak muda, tugas bersama memfasilitasi agar ketemu karakternya," tegas Arie.
Sementara, Bonbon Yosafat, menceritakan bahwa ia membuat project keliling Indonesia menggunakan roda dua untuk mengarsipkan visual, baik alam, budaya dan masyarakatnya. 13 tahun ia berjalan untuk arsipkan visual masyarakat adat di seluruh Nusantara.
"Bagaimana anak muda kami ajak mencintai negeri ini. Tak hanya tergantung pemerintahan tapi punya karakter sendiri yang menjadi hal baik bagi dirinya. Tantangan anak muda di era digital lebih kompleks. Anak muda harus bijaksana, berpikir mandiri dengan karakter yang dipelajari dalam budaya. Dengan cara masing-masing kita bisa mandiri," pungkas Bonbon. (Fxh)