KRjogja.com - SLEMAN - Ketahanan pangan yang bagus dapat diperoleh melalui ketahanan nasional yang stabil. Negara yang berperang atau terjadi konflik tentu akan mengalami krisis pangan.
"Tidak heran Bung Karno pernah berkata bahwa soal pangan adalah soal hidup matinya suatu bangsa. Itu menjadi dasar lahirnya IPB. Begitu juga Sultan Agung kalah saat menyerang Batavia karena lumbung pangan yang dibuat dihancurkan pihak musuh," tutur Guru Besar Teknologi Pertanian UGM Prof Djagal Wiseso Marseno dalam Halaqah Ketahan Pangan dalam rangka Penguatan Jam'iyyah dan Jamaah NU di DIY dari PWNU DIY di UNU Yogyakarta, Sabtu (26/7/2025).
Ditegaskan Prof Djagal, keberadaan pangan memiliki posisi strategis. Pasalnya dalam suasana apapun, masyarakat sangat butuh dengan makanan.
Baca Juga: Dampak Dam Jebol Warga Trimurti Kekurangan Air Bersih
"Ada beberapa hal yang mempengaruhi ketahan pangan. Seperti halnya distribusi, ketersediaan hingga diversifikasi atau keragaman pangan. Ironisnya masyarakat masih sangat fokus pada nasi. Padahal jenis pangan sangat variatif," sambungnya.
Pada paparannya berjudul 'Penguatan Peran NU dalam Mengantisipasi Krisis Pangan di Indonesia', Prof Djagal menegaskan sudah waktunya NU sebagai ormas terbesar di Indonesia aktif berkontribusi dalam hal ketahanan pangan menghadapi potensi krisis pangan.
"Kenaikan jumlah penduduk berpotensi menjadikan krisis pangan. Sebab itu waktunya NU mengubah diri dari kerumunan menjadi barisan dan bertransformasi sebagai pasukan untuk menuju ketahanan pangan," tegasnya.
Baca Juga: Hujan Gol! PSIM Dikalahkan Bali United 6-0
Panitia kegiatan Muhammad Najib dari Komunitas Sahabat Nusa menegaskan sudah waktunya warga NU memiliki kontribusi untuk turut mengatasi problem umat. Potensi problem yang akan dihadapi saat ini menurutnya terkait ketahanan pangan dengan bakal munculnya kemarau panjang.
"Potensi adanya kemarau panjang di Indonesia tentu berdampak pada pangan dimana petani mengandalkan swah tadah hujan yang memiliki ketergantungan pada musim hujan. Sebab itu ada potensi kekeringan di DIY yang harus diantisipasi" sebutnya.
Ditambahkan Najib, mayoritas warga NU merupakan petani di tengah masyarakat agraris. Selain itu, selama ini NU punya reputasi membantu penerintah mengatasi problem.
Baca Juga: Kodim Jogja Fest Seri ke-3 Semakin Semarak, Jadi Etalase UMKM dan Rekreasi
"Kolaborasi NU kultural dan struktural sangat diperlukan. Karena kekuatan NU itu sangat besar sebab sekitar 51 persen masyarakat Indonesia merupakan warga NU," sambungnya.
Ketua Tanfidziyah PWNU DIY KH Ahmad Zuhdi Muhdlor menekankan pentingnya komitmen dan kontribusi riil kader NU di berbagai bidang. Seperti halaqah saat ini yang mengangkat persoalan strategis di tengah kompleksitas permasalahan bangsa dan negara.