Krjogja.com - SLEMAN - Keluhan nyeri menjadi salah satu persoalan paling besar terjadi di masyarakat. Apoteker menjadi garda terdepan yang selama ini berhadapan dengan masyarakat secara langsung untuk melakukan penanganan atau swamedika atas situasi tersebut.
Situasi ini yang membuat Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PD IAI DIY) berkolaborasi dengan PT Haleon menggelar Workshop PAIN ACADEMY dengan tema From Knowledge to Community Empowerment di Crystal Lotus Hotel, Minggu (10/8/2025). Kegiatan dalam rangka memperingati HUT IAI ke-70 dan World Pharmacist Day (WPD), ini dilaksanakan bertujuan meningkatkan kompetensi apoteker dalam penatalaksanaan nyeri yang tepat dan aman, sekaligus memberdayakan masyarakat melalui edukasi kesehatan.
Baca Juga: Rumah BUMN Binaan BRI Ubah Nasib, Berikut Kisah Inspiratif UMKM yang Go Digital dan Raih Omset Menggiurkan
Sebanyak 100 apoteker berpartisipasi dalam seminar ini, dan 50 apoteker terpilih akan melanjutkan program pemberdayaan dengan memberikan edukasi langsung kepada sekitar 1.000–1.500 warga di lingkungan apotek masing-masing. Ketua PD IAI DIY, apt. Hendy Ristiono, MPH, menegaskan pentingnya peran apoteker dalam manajemen nyeri.
"Nyeri adalah keluhan umum yang sering ditangani secara mandiri oleh masyarakat. Melalui PAIN ACADEMY, kami ingin membekali apoteker dengan pengetahuan ilmiah dan keterampilan komunikasi sehingga mampu memberikan edukasi yang benar dan mencegah penggunaan obat nyeri yang tidak tepat," ungkapnya pada wartawan di sela acara.
Hendy menjelaskan, Apoteker dituntut untuk bisa memahami terkait keluhan nyeri yang selama ini menjadi persoalan masyarakat. Dalam swamedikasi yang dijalankan, Apoteker memerlukan update keilmuan.
Baca Juga: Prediksi Skor Crystal Palace Vs Liverpool, Mampukah Redam Ambisi The Reds di Community Shield 2025?
Apoteker harapannya bisa memberikan saran yang pas untuk kebaikan pasien. Kami rutin melakukan Sinau Offline Series yang rutin dilakukan untuk update keilmuan.
"Nyeri merupakan gejala klinis untuk penyakit utamanya. Ini adalah keluhan yang sering terjadi di masyarakat. Misalnya pusing atau nyeri kepala, lalu nyeri pada gigi atau pada kasus kecelakaan ada pembengkakan. Ada challenge bagi apoteker untuk memberikan saran obat yang tepat pada masyarakat yang mengalami karena adanya obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA ini bisa diberikan oleh apoteker," lanjutnya.
Di sisi, Apoteker juga menjalani pengawasan, baik itu dari Dinkes maupun Balai POM DIY. Alur obat masuk dan keluar dilakukan pengecekan untuk memastikan seluruhnya dijalankan sesuai prosedur dan aturan berlaku.
"Dari Dinkes dan Balai POM ini mengecek faktur, stok obat dan dicek silang. Ada pengecekan menerus yang dilakukan untuk mengawasi dan ini kewajiban bagi apoteker untuk memiliki riwayat obat masuk dan keluar," tandasnya.
Dalam seminar ini, hadir narasumber Prof. Dr. apt. Vitarani Dwi Anandaningrum, M.Sc yang membawakan materi penatalaksanaan nyeri farmakologis dan non-farmakologis, perwakilan PT Haleon yang memaparkan penggunaan Panadol secara tepat dan bertanggung jawab, serta apt. Sukir Satrija Djati, M.P.H yang membahas strategi promosi kesehatan dan komunikasi efektif. Bagi masyarakat, program ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang jenis-jenis nyeri, cara penanganannya, penggunaan obat bebas yang benar, serta kapan harus berkonsultasi ke dokter dan atau apoteker. Bagi PT Haleon, kegiatan ini sekaligus menjadi upaya memperkuat citra Panadol sebagai solusi nyeri berkualitas dan terpercaya.
Sebagai tindak lanjut, apoteker terpilih akan melaksanakan edukasi publik di wilayah kerja masing-masing pada minggu ketiga dan keempat Agustus 2025, dengan metode pre-test dan post-test untuk mengukur dampak edukasi. Evaluasi program juga mencakup peningkatan pengetahuan masyarakat serta analisis data penjualan Panadol sebelum dan sesudah kegiatan.
Dengan sinergi antara PD IAI DIY dan PT Haleon, PAIN ACADEMY diharapkan menjadi model kolaborasi berkelanjutan yang tidak hanya memperkuat kompetensi tenaga kesehatan, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih cerdas dan bijak dalam mengelola nyeri. (Fxh)