Ngobrol Bareng Dr Noor Huda Ismail dan Tanaka Motoyasu: Menjajaki Sister Village Indonesia–Jepang Melalui Literasi dan Kolaborasi Desa

Photo Author
- Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:30 WIB
Noor Huda Ismail dan Tanaka Motoyasu dalam acara Ngobrol Bareng. (Ist)
Noor Huda Ismail dan Tanaka Motoyasu dalam acara Ngobrol Bareng. (Ist)

Krjogja.com - SLEMAN - Yayasan Literasi Desa Tumbuh menggelar acara Ngobrol Bareng bertajuk 'Potensi Kolaborasi Desa IndonesiaJepang, Konsep Sister Village, dan Peluang Kerja Sama Lintas Budaya' di Plataran Literasi Desa Tumbuh, Betakan, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman, DIY, Sabtu (23/8/2025).

Acara ini dihadiri Dr Noor Huda Ismail (Pendiri Yayasan Literasi Desa Tumbuh) dan Tanaka Motoyasu (Director of Political Affairs, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia), serta melibatkan warga desa, tokoh masyarakat, dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Baca Juga: KPK Tetapkan Immanuel Ebenezer Tersangka Pemerasan K3, Presiden Prabowo Copot dari Jabatan Wamenaker

Rangkaian kegiatan dibuka dengan penampilan Tari Nusantara oleh anak-anak Aksara Tari Literasi Desa Tumbuh, kemudian bersama-sama membuat origami bersama narasumber dan dilanjutkan dengan diskusi.

Diskusi utama dipandu secara santai namun substantif, membahas beragam isu mulai dari membahas terkait pendidikan di Jepang kemudian bagaimana secara tataran teknis kesiapsiagaan Jepang menghadapi bencana.

"Pengurangan risiko bencana di Jepang sangat diperhatikan, setiap tahunnya sekolah harus mengadakan simulasi bencana," ungkap Tanaka Motoyasu menjawab pertanyaan salah satu peserta.

Baca Juga: Lapar Mata atau Potensial? Arsenal Bungkus Satu Pemain Muda dari Irlandia

Selain diskusi, acara ini juga memberi ruang bagi pemberdayaan ekonomi lokal. Para ibu desa dilibatkan untuk menjual makanan tradisional sekaligus menyediakan konsumsi bagi peserta, sehingga kegiatan ini tidak hanya memperkuat jejaring diplomasi, tetapi juga menghidupkan UMKM dan ekonomi desa.

Ismiyati, warga Lokal Betakan, yang merupakan juara lomba kuliner memasak makanan berbahan lokal di Literasi Desa Tumbuh menyatakan, "Sebagai warga desa, saya bangga bisa terlibat dalam acara ini.

Tidak hanya belajar tentang Jepang, kami juga mendapat kesempatan untuk mengembangkan UMKM melalui penyediaan makanan. Harapan kami, kerja sama Sister Village nantinya benar-benar terlaksana dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari."

Noor Huda Ismail menyampaikan, kerja sama Sister Village membuka ruang diplomasi rakyat.

"Desa bukan hanya objek pembangunan, tetapi subjek yang bisa berkolaborasi lintas negara. Jepang memiliki pengalaman panjang dalam literasi bencana dan penguatan komunitas, sementara desa-desa kita punya tradisi gotong royong dan literasi budaya. Pertemuan ini adalah titik awal untuk menjembatani dua kekuatan itu," ujarnya.

Pertemuan ini menjadi titik temu lintas sektor, berbagai lembaga pendidikan alternatif seperti Narapuspitan, Sanggar Anak Alam Nitiprayan dan Lebah Putih, praktisi di bidang perlindungan anak LPA Klaten, hingga Pemerintah Daerah (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemda DIY) turut hadir, duduk bersama dan mendiskusikan potensi kolaborasi dari desa. Acara kemudian ditutup dengan penanaman pohon alpukat sebagai simbol persahabatan dan tumbuh bersama.

Yayasan Literasi Desa Tumbuh (LDT) merupakan organisasi berbasis masyarakat yang berfokus pada penguatan literasi, pendidikan, seni, dan pemberdayaan desa. Melalui Program Ruang Baca, pelatihan, dan kolaborasi lintas budaya, LDT berkomitmen menjadikan desa sebagai pusat pembelajaran dan inovasi sosial. (San)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X