Jurnalis di Jogja Dibekali Kemampuan Survival dan Proteksi Sebelum Terjun Liputan

Photo Author
- Sabtu, 22 November 2025 | 20:45 WIB
  Pembicara dan perwakilan Pemuda Pancasila yang juga hadir dalam pelatihan (Harminanto)
Pembicara dan perwakilan Pemuda Pancasila yang juga hadir dalam pelatihan (Harminanto)



Krjogja.com - SLEMAN - Keselamatan jurnalis kembali menjadi sorotan dalam sebuah pelatihan survival dan proteksi yang digelar di Ndalem Sambisari 234, Kalasan, Sabtu (22/11/2025). Kegiatan ini menghadirkan sejumlah praktisi keamanan dan fotografer  berpengalaman untuk memberikan pembekalan fundamental bagi para jurnalis yang kerap berada di garis depan peliputan.

Instruktur KMI Self Defence Tactical Instruction, David Krav, menekankan pentingnya security awareness sebagai kunci keselamatan jurnalis. Menurutnya, banyak pekerja media turun ke lapangan tanpa pemahaman matang soal risiko dan konteks lokal.

"Pelatihan seperti ini adalah dasar dari Hostile Environment Training atau HEAT. Fokusnya bagaimana jurnalis mengenali situasi, memahami risiko, dan menyiapkan diri sebelum bekerja," jelasnya.

Dalam sesi diskusi, David menegaskan bahwa keselamatan jurnalis tidak hanya bergantung pada keberanian, tetapi pada persiapan matang. Mulai dari informasi dasar, perlengkapan, hingga pemahaman prosedur darurat.

"Semuanya berbasis persiapan. Apa pun situasinya, jurnalis harus bisa memetakan risiko dan tahu apa yang harus dilakukan. Jangan sampai terjun ke lapangan tanpa memahami konteks," katanya.

Suasana pelatihan semakin hidup ketika Beawiharta, visual storyteller sekaligus mantan fotografer Reuters, membagikan pengalamannya meliput konflik besar mulai dari Reformasi 1998 hingga Timor Timur. Ia menekankan betapa kerasnya dinamika lapangan dan pentingnya disiplin keselamatan.

"Sebelum berangkat, persiapkan mental, fisik, lakukan mapping, kenali lingkungan dan orang-orangnya. Itu menentukan bagaimana kita bertahan di daerah konflik,” ujar Bea.

Bea juga mengingatkan bahwa banyak jurnalis pemula terjun dengan minim pengetahuan teknis soal mitigasi risiko. Apa yang dilakukan sebelum dan saat berada di daerah konflik itu sangat penting dipahami.

"Bukan hanya ambil gambar, tapi bagaimana kita tetap hidup untuk membawa pulang cerita," pungkasnya.

Ketua MPW Pemuda Pancasila DIY, Faried Jayen Soepardjan, yang menjadi tuan rumah mengapresiasi pelatihan ini karena memberikan ruang edukasi tanpa muatan apa pun. Ia menyebutkan bahwa dunia media kini menghadapi tekanan besar, terutama dengan maraknya informasi liar di ruang digital.

"Yang turun di lapangan harus dibekali hal penting. Jogja bukan daerah konflik, tapi rawan konflik karena sering jadi pemicu isu nasional. Media harus siap, aman, profesional, dan terukur," ujar Jayen.

Jayen berharap kegiatan ini menjadi bekal berharga bagi kesejahteraan para jurnalis dan keluarganya. Ia menilai keselamatan pekerja media sering terabaikan, padahal mereka berada di garis rawan dalam banyak peristiwa.
"Tak ada berita seharga nyawa. Harus bisa menarik diri dan tidak melibatkan diri dalam konflik. Aman, tapi tetap waspada," tegasnya. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X