sleman

Penekanan Stunting 14 Persen, Menggapai Indonesia Emas 2045

Selasa, 13 Juni 2023 | 20:27 WIB
Sukamto SH secara simbolis menyerahkan biskuit dan pemenang doorprize. (foto: istimewa)

Krjogja.com - SLEMAN - Presiden RI telah menargetkan penekanan stunting dari pada 2024 hingga 14 persen. Mandat Presiden RI itu diberikan untuk menggapai Indonesia Emas pada 2045.


“Pemerintah itu kan berupaya menyiapkan generasi muda unggul dan berdaya saing. Jadi, sebisa mungkin masing-masing masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya pencegahan stunting agar anak tetap sehat,” kata Shodiqin SH MM, Kepala Perwakilan BKKBN DIY saat Sosialisasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana di Gedung Serbaguna Kalurahan Sendangrejo, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman, Selasa (13/06/2023).


Disebutkan Shodiqin, sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana terus digerakkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia bersama Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sebagai bentuk penekanan masalah stunting tersebut.


Sedangkan Sukamto SH, anggota Komisi X DPR RI mengatakan, acara yang dihadiri oleh ratusan masyarakat setempat dari usia remaja hingga dewasa itu diharapkan dapat turut serta berpartisipasi mengatasi permasalahan stunting untuk mewujudkan generasi sehat dan emas pada 2045.


“Jadi orang-orang yang hadir dalam sosialisasi itu diharapkan bisa mengatur dan mengendalikan anak-anaknya untuk memberitahu seberapa bahayanya orang yang terkena stunting dan bagaimana cara mengatasinya,” ujarnya.


Menurut Sukamto, orang yang terkena stunting itu memberikan dampak buruk bagi perkembangan tumbuhnya. Sehingga, tinggi badan, berat badan dan pola pikir anak-anak stunting itu tidak berkembang dengan sempurna.


Disampaikannya, permasalahan stunting tersebut muncul dari adanya pernikahan pada usia yang terlalu muda. “Usia nikah perempuan itu paling tidak 21 tahun, kemudian laki-laki paling tidak 25 tahun. Nah itu usia-usia yang minim untuk anak perempuan dan laki-laki menikah,“ jelas Sukamto.


“Kalau enggak gitu bahaya. Nanti perempuan yang nikah terlalu dini berisiko melahirkan bayi stunting atau saat proses bersalin si ibu atau perempuan itu risiko meninggal karena tidak terlalu siap melahirkan,” tandasnya.


Kemudian, pemberian gizi yang tidak cukup untuk bayi hingga balita juga dinilai berpotensi memunculkan permasalahan stunting. “Nah, risiko-risiko tersebut harus bisa bersama-sama di minimalisasi. Kami juga menggencarkan penekanan stunting dengan pemberian biskuit ke seluruh wilayah di DIY,” katanya.


“Ada lebih dari 15 ton biskuit yang kami salurkan untuk mencegah stunting. Biskuit itu dikonsumsi sebagai makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil,” tambah Sukamto. (Jay)

Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB