sleman

Cegah Global Warming, SMAN Turi Panen Hujan dan Produksi Pupuk 

Jumat, 2 Juli 2021 | 15:43 WIB
Penerimaan Tim Juri Sekolah Adiwiyata Provinsi DIY di SMAN 1 Turi -- (KR) Istimewa

BANYAK CARA yang dapat ditempuh untuk menjaga lingkungan sekitar supaya tetap sehat dalam rangka mengatasi perubahan iklim/global warming. Berbagai wujud kepedulian lingkungan secara sederhana dapat diterapkan di lingkungan sekitar seperti rumah atau sekolah. Beberapa program dan gerakan yang tengah digencarkan seperrti mengurangi plastik, reboisasi atau penanaman kembali tanaman di kawasan  tandus bahkan membuat hutan mini, pengolahan sampah dengan reduce, reuse dan recycle

, kini ada  terobosan yang dilakukan di salah satu sekolah yakni SMAN 1 Turi melakukan pengolahan air yang salah satu sumber airnya berasal dari panen air hujan.

Kepada KR , Kepala SMAN 1 Turi, Mujiono, MPd, Jumat (2/7) disela penerimaan Tim Juri Sekolah Adiwiyata Provinsi DIY menuturkan ide pembuatan instalasi pengolahan air di sekolah lantaran keprihatinan warga sekolah akan banyaknya air terbuang sia-sia minim manfaat apalagi saat musim hujan. Selain itu pengalamannya menjabat menjadi kepala sekolah di SMA di Gunungkidul dengan daerah yang sulit air juga menjadi pemikiran bagaimana dapat sekolah melakukan pengolahan air secara mandiri.

"Selain itu seringkali kondisi air yang ada kurang bagus, maka kami adakan instalasi pengolahan air. Memang air yang diolah belum sampai siap minum namun dari air yang berkualitas kurang baik kami olah kembali menjadi air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum ketika sudah dimasak serta digunakan untuk kebutuhan air di sekolah," jelasnya.

Instalasi pengolahan air ini juga rutin dilakukan pengecekan oleh Puskesmas Turi dan dari rekomendasi puskesmas air hasil pengolahan merupakan air bersih layak minum asal dimasak terlebih dahulu.

"Air yang diolah rutin dicek oleh puskesmas. Kadar air bakunya tergolong bagus tetapi seyogianya tidak untuk diminum langsung harus direbus lebih dahulu," tambahnya.

Sementara sekolah juga  melakukan metode panen air hujan untuk dimasukkan ke dalam kolam ikan serta disimpan masuk ke biopori.

Mengenai pembuatan pupuk,imbuh Mujiono sekolah mengelola sampah dengan melakukan pemilahan dan membuat pupuk organik sendiri.

"Kami sudah mampu memproduksi pupuk organik sendiri sebentar lagi pupuk organik produksi kami dari sampah setelah dilakukan packaging dapat kita pasarkan di lingkungan sekitar sekolah dan bekerjasama dengan alumni," jelasnya.

Dengan lahan seluas 1 hektar, 40 persen lahan sekolah dikonsentrasikan untuk menjaga kestabilan lingkungan termasuk greenhouse

untuk pembibitan aneka tanaman buah ,hutan mini dan sebagainya.

Pihaknya berharap sekolahnya mampu mengubah sekolah kering menjadi subur dan berperan dalam memanjangkan eksistensi alam sehingga tercipta Sekolah Adiwiyata. Dalam prakteknya selama pandemi guru dan perwakilan siswa data g bergiliran untuk merawat lingkungan sekolah ditengah KBM daring yang masih berlangsung.

Ketua Tim Verifikasi Lapangan Sekolah Adiwiyata  DIY, Kuncoro menambahkan sekolah Adiwiyata adalah bagaimana membudayakan membudayakan siswa didik mencintai alam.

"Adiwiyata adalah mencegah semakin  meluasnya global warming (perubahan iklim) jadi bukan solusi utama mengatasi perubahan iklim," tegasnya. (Aje)

Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB