SLEMAN, KRJOGJA.com - Dua alumni SMA Kolese De Britto yakni Tedi Wintoko dan Ison Desi Satriyo berkolaborasi mengembangkan usaha sekaligus membantu sesama. Mereka memadukan kuliner soto empal kerbau di kafe kekinian sekaligus memberikan ruang tampil bagi seniman dari Sanggar Seni Notoyudan.
Tedi Wintoko merupakan alumni De Britto angkatan 1996, sementara Ison Desi merupakan alumni angkatan 1991. Keduanya berkolaborasi, di mana ruang kafe Kabar Baik Eatery di kawasan Condongcatur diubah menjadi warung Soto Empal Kenanga pada pagi hingga siang hari, sekaligus ruang tampil musisi.
Tedi menceritakan pada awalnya ia menjalankan bisnis dengan membuka warung Soto Kenanga di Kalasan. Selama beberapa minggu buka, pengunjung terus datang dan pemberitaan di media-media terkait keunikan menu tambahan empal kerbau juga terus santer berkembang.
“Dari situ saya punya ide, bagaimana mengembangkan usaha, lalu bertemu Ison yang ternyata punya kafe di Condongcatur bernama Kabar Baik Eatery ini. Lokasinya strategis, memiliki ruang terbuka dan tata letak yang pas bagi keluarga. Akhirnya kami putuskan buka, untuk pagi hari,†ungkapnya ketika ditemui, Sabtu (27/3/2021).
Seolah semesta mendukung dan berperan, keduanya bertemu dengan Alvon Ditya Arusdikara dari Sanggar Seni Notoyudan. Alvon bersama anggotanya di sanggar membutuhkan ruang untuk berkreasi karena praktis tak ada lagi panggung selama satu tahun ke belakang akibat pandemi.
“Akhirnya kami menjual soto per porsi Rp 9 ribu, empalnya Rp 25 ribu, dan diputuskan, keuntungan harian pada masa tertentu akan digunakan untuk membantu teman-teman di Sanggar Seni Notoyudan. Mereka benar-benar membutuhkan karena satu tahun ini tidak bisa tampil yang berarti tak ada pemasukan. Jadilah kami berusaha, membantu dengan upaya yang kami bisa, dengan semangkok soto, sepotong tempe dan segelas es teh,†imbuh Tedi yang diamini Ison.
Sanggar Seni Notoyudan sendiri selama ini dikenal sebagai sebuah ruang kreasi seni musik. Alvon bersama sanggar kerap menggratiskan biaya berlatih anak-anak tak mampu yang ingin berlatih musik. Hal itu yang kemudian menyemangati sanggar terus berjalan sampai saat ini, meski diterpa badai pandemi luar biasa.
“Setiap hari Selasa, kami juga memberikan ruang tampil untuk teman-teman dari Sanggar Seni Notoyudan. Di sisi lain, pengunjung bisa menikmati soto sambil mendengarkan musik yang syahdu, harapannya membawa energi positif,†lanjut Ison. (Fxh)