SLEMAN, KRJOGJA.com - Kawasan Padukuhan Bendan Tirtomartani Kalasan Sleman selama ini dikenal sebagai sentra ayam goreng Kalasan. Tak sedikit warga yang mengais rejeki dari menjajakan masakan olahan ayam goreng yang citarasanya begitu melegenda hingga kini.
Tercatat beberapa produsen begitu dikenal seperti Mbok Berek, Nyonya Suharti dan brand-brand lain yang bahkan sudah sampai generasi kedua dan ketiga. Ayam goreng dengan khas kremesan itu mendapat tempat di hati pecinta kuliner karena ciri khas rasa yang tak bisa ditemukan di tempat lain.
Namun ternyata, kisah sukses brand-brand besar ayam goreng Kalasan belum dirasakan seluruh anggota paguyuban di lokasi itu. Ketua Kelompok Pengusaha Ayam Goreng Maju Makmur, Pandoyo Yulianto yang didampingi sekretaris paguyuban Ibnu Nugroho pun mengungkap saat ini mereka merasa seolah jalan di tempat.
“Setelah ditetapkan sebagai sentra, kami dilepas untuk berjuang sendiri menghadapi pasar. Kami sampai saat ini merasa seperti jalan di tempat,†ungkap Pandoyo pada wartawan, Jumat (9/10/2020).
Beberapa tahun terakhir, tidak sedikit anggota paguyuban yang berguguran karena minim dukungan. Masih banyak warga yang kesulitan pemasaran hingga akhirnya memilih menggeluti profesi lain ketimbang terus memasak olahan ayam goreng.
“Secara brand (merek) kami menang, tapi kendala masih banyak sekali. Misalnya pemasaran dan tidak adanya etalase yang memadai untuk penjualan produk. Selama ini ya masih penjualan langsung ke pelanggan,†sambung dia.
Paguyuban sebenarnya sudah menyadari adanya perubahan cara pemasaran setelah berkembangnya platform digital. Namun, penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) belum dilakukan pada masyarakat sekaligus jembatan jejaring dengan industri pariwisata.
“Secara jarak kami tidak jauh dari Prambanan atau wisata lain di Sleman seperti Breksi juga. Tapi ya karena tidak ada tempat seperti sentra atau pasarnya begitu, ya akhirnya yang datang sedikit. Harapannya ada perhatian di situ,†imbuh Ibnu.
Sementara, Danang Wicaksana Sulistya (DWS) yang kini berstatus calon bupati Sleman merespon kegelisahan warga di Bendan Kalasan tersebut. Kecamatan Kalasan dan Prambanan menurut dis masuk dalam rencana pengembangan wisata berbasis budaya dan peninggalan sejarah.
“Saya ingin penataan dan pembangunan Sleman ke depan pendekatannya lebih bottom up. Jadi saya turun betul mempelajari masalah, kendala dan mencatat keinginan masyarakat, dalam konteks kali ini kebetulan adalah pelaku usaha ayam goreng. Kedepan akan ada seperti terminal, tapi untuk turis. Jadi kita akan upayakan transportasi murah, bahkan kalau bisa gratis untuk jemput bola. Pelancong kita jemput di bandara dan stasiun ke terminal turis. Nah di situ nanti akan ada penjualan kamar hotel, paket tur, termasuk makanan dan oleh-oleh,†ungkap DWS.
Terminal turis itu nantinya akan berfungsi sebagai hub yang mempertemukan wisatawan dengan kebutuhannya, baik akomodasi, transportasi dan atraksi. Selain mengupayakan terminal, pemerintah juga dapat menyediakan armada yang akan menghubungkan terminal dengan kawasan wisata di pelosok Sleman.
"Misal armada wisata untuk rute ke Kalasan dan Prambanan diatur supaya mengunjungi sentra ayam goreng Bendan ini. Tapi harapannya masyarakat berusaha membuat wilayahnya menjadi destinasi menarik, bagaimanannya kami serahkan di tiap lokasi,†ungkapnya lagi. (Fxh)