sleman

Kisah Pasukan 'Sapu Jagad' Covid-19 PMI Sleman, Antara Takut dan Komitmen Kemanusiaan

Sabtu, 25 April 2020 | 20:42 WIB

SLEMAN, KRJOGJA.com - Kasus positif Covid-19 di Kabupaten Sleman tercatat mencapai 41 hingga Sabtu (25/4/2020) hari ini dengan tambahan kasus positif pria 60 tahun dan WNA India 48 tahun. Dokter dan perawat menjadi garda depan untuk menyembuhkan para pasien agar bisa kembali pada keluarga seperti sediakala.

Namun, ternyata bukan hanya dokter dan perawat yang punya peran besar dalam prosedur kesehatan di masa pandemi Covid-19 ini. Ada sosok-sosok yang tampaknya bergerak dalam senyap namun punya perjuangan yang tak bisa dikesampingkan begitu saja yakni para Relawan dan PMI.

Betapa tidak, selama masa tanggap darurat, tim relawan dan PMI Sleman yang berjumlah 11 orang menjadi pasukan 'sapu jagad' mulai pembersihan rumah kediaman pasien positif hingga memakamkan orang-orang dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP), pasien positif maupun Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Kabupaten Sleman. Mereka juga harus bersiaga 24 jam, dengan berbagai konsekuensi yang dihadapi.

KRjogja.com berbincang dengan Septiyadi Pityanta, Humas Satgas Covid-19 PMI Sleman yang turun langsung ke lapangan dalam semua proses yang dihadapi. Septiyadi menceritakan pengalaman luar biasa yang dijalani bersama rekan-rekannya selama masa tanggap darurat.

Jam mendebarkan dimulai tepat pukul 19.00 WIB, saat telpon satgas mulai berdering. ‘Adakah pasien meninggal hari ini, atau ada tambahan pasien positif di kecamatan mana, desa mana yang harus disemprot disinfektan.’

Pertanyaan-pertanyaan itu hampir pasti muncul di kepala relawan yang bertugas setiap harinya. “Informasi rata-rata masuk pukul 19.00, di mana saat itu tanda kami harus bersiap-siap, mengenakan APD lengkap, lalu bergegas menjemput peti jenazah di rumah sakit, biasanya dari RSUP Dr Sardjito, tempat pemulasaraan jenazah,” kisah Septiyadi pada KRjogja.com, Sabtu (25/4/2020).

Delapan kali sudah tim bekerja, memakamkan pasien di beberapa lokasi berbeda, dengan standar prosedur ketat penanganan Covid-19. Tujuh kali pemakaman dilakukan di malam hari, tengah malam bahkan dini hari. Lalu sisanya satu pada siang hari yang ternyata baru dijalani tim tepat Sabtu (25/4/2020) hari ini.

Koordinasi dilakukan dengan juru kunci desa asal pasien meninggal dunia. Masyarakat yang mempersiapkan liang lahat, dan beruntungnya tak pernah ada penolakan, bahkan warga begitu ‘nyengkuyung’ dengan penuh kesadaran.

“Biasanya liang lahat makam siap dalam waktu tiga jam dan kami akan menjemput jenazah dengan pakaian APD lengkap, dan tim yang punya tugas masing-masing. Tim hanya menurunkan jenazah, menutup 2/3 dari makam selanjutnya di teruskan oleh masyarakat. Setiap melakukan tugas tim di dampingi oleh 1 spraying yang berfungsi untuk mendekontaminasi crew setelah dan sebelum bertugas,” ungkapnya.

Pada pemakaman siang hari, protokol akan berubah karena tim berkejaran dengan waktu. Personil yang mengenakan APD lengkap hanya memiliki waktu 90 menit saja berada di luar dengan cuaca panas karena memiliki resiko hipoksida dan dehidrasi.

“Siang tadi, kami hanya punya waktu 30 menit untuk memakamkan, karena sebelumnya harus menanti penyiapan jenazah lalu dihitung juga perjalanan pulang untuk dekontaminasi, karena tak boleh melepas satupun alat sebelum didekontaminasi. Kami harus berkejaran dengan waktu. Saya yang sempat puasa, akhirnya tidak bisa melanjutkan karena sempat terserang dehidrasi ringan,” lanjut dia.

Resiko pada pasien meninggal memang jauh lebih kecil karena para ahli menilai virus akan mati jika inang (manusia) meninggal dunia. Namun, rasa was-was tetap menghinggapi para relawan yang harus berhadapan langsung dengan situasi di lapangan.

“Kami juga punya kewajiban melakukan disinfeksi ke rumah pasien positif, kami menyadari betul ada resiko yang dihadapi. Kami berinteraksi langsung dan jelas punya kemungkinan tertular lebih besar. Tapi, ini panggilan hati kami. Kami harus laksanakan sebagai karena sudah berkomitmen demi kemanusiaan,” ungkapnya lagi. (Fxh)

Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB