WAKIL Bupati Sleman Sri Muslimatun mengakui wilayahnya termasuk rawan bencana seperti erupsi gunung merapi, banjir, tanah longsor, angin kencang dan gempa bumi. Bencana alam itu akan menimbulkan korban materi sampai korban jiwa.
Seberapa kali rangkaian bencana alam itu terjadi setiap tahun hingga berapa jumlah korban jiwa atau materi? Lantas, bagaimana upaya Pemkab Sleman menangani hal itu? cek datanya berikut ini :
1. Angin kencang
Sri Muslimatun mengungkapkan hingga Februari 2020 ini telah ada 30 kejadian angin kencang dengan jumlah kerugian mencapai Rp 179.750.000, serta mengakibatkan 1 orang meninggal, 2 orang luka berat dan 7 orang luka ringan.
2. Tanah Longsor dan Petir
Wakil Bupati juga mengungkapkan data bencana tanah lonsor hingga Februari 2020 ada 8 kejadian dengan jumlah korban memngungsi sebanyak 7 orang serta kerugian sebanyak 265 juta rupiah. Bencana lainnya yakni petir dengan dengan jumlah kerugian 800 juta rupiah.
Sri Muslimatun mengatakan bahwa upaya penanggulangan bencana tidak cukup hanya dilakukan oleh Pemerintah saja. Namun menurutnya harus ada partisipasi aktif dari masyarakat. Maka dari itu, melalui pengukuhan Destana ini diharapkan masyarakat memiliki ketrampilan serta pengetahuan terkait upaya mitigasi bencana jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
“Terlebih Kabupaten Sleman memiliki sejumlah ancaman bencana alam, seperti erupsi gunung Merapi, banjir, tanah longsor, angin kencang, gempa bumi dan lain sebagainyaâ€, ungkapnya.
3. Bentuk 71 Destana di tahun 2020
Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dikukuhkan sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana), Kamis (12/3). Pengukuhan dilakukan oleh Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, bertempat di lapangan Ganjuran, Desa Condongcatur.
Joko Supriyanto selaku Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman mengatakan bahwa pihaknya telah membentuk sebanyak 58 Destana di Kabupaten Sleman. Ia juga menargetkan pada tahun 2020 ini akan ada 71 Destana yang tersebar di seluruh Kabupaten Sleman. Adapun simulasi mitigasi bencana yang digelar di Desa Condongcatur, lanjutnya, ialah aksi penanggulangan angin putting beliung.
“Peserta Gladi Lapang sebelumnya telah melakukan rakornis sebanyak tujuh pertemuan yang diikuti oleh 30 oran, kemudian dilanjutkan dengan gladi bersih yang diikuti 60 orang, kemudian Gladi Lapang diikuti oleh 200 orangâ€, jelas Joko. (*)