SLEMAN, KRJOGJA.com - Para perajin genteng di kawasan Brejo Godean Sleman yang berada dibawah naungan Asosiasi Sembada Manunggal Sejahtera mengalami masa keemasan di era 1930-an hingga 2000-an awal. Bahkan genteng buatan Brejo begitu diminati untuk menutup atap rumah ataupun bangunan lain karena kualitasnya yang ciamik yang secara tak langsung juga membuat industri padat karya masyarakat.Â
Ketua II Asosiasi Sembada Manunggal Sejahtera, Suroto bahkan menyebut dari total 1500 perajin hanya tinggal 600-700 saja yang masih bisa bertahan di tengah era saat ini. Kondisi ini pun membuat kehidupan masyarakat berubah terlebih dengan munculnya genteng mengatasnamakan produk Godean namun berasal dari daerah lain dengan kualitas lebih rendah. Tak heran para perajin lantas berharap perhatian pemerintah terhadap nasib mereka kedepan.Â
"Perhatian pemerintah kepada kami sangat diharapkan karena bisa untuk membentengi maraknya peredaran genteng-genteng palsu yang mengatasnamakan genteng Godean. Pasca gempa Jogja 2006 permintaan genteng sebenarnya meningkat, tapi sayangnya tidak diimbangi dengan penyediaan produknya. Saat itu masuklah genteng dari luar Godean seperti Borobudur dan Muntilan yang ternyata lambat laun mereka meniru genteng Godean namun dengan kualitas lebih rendah,†ungkapnya Senin (25/3/2019).Â
Para perajin menurut Suroto, kini berharap adanya kebijakan pemerintah dalam kendala yang dihadapi pengrajin genting diantaranya akses permodalan, pemasaran serta pendampingan dan perlindungan usaha ditengah persaingan kehadiran produk genteng modern yang juga menggerus genting berbahan tanah. (Fxh)