sleman

Seniman Aksi Pantomin di Depan Kampus UGM, Ini Maksud dan Tujuan

Jumat, 1 Maret 2024 | 18:35 WIB
Aksi pantomim di depan kampus UGM ((Harminanto))


Krjogja.com - SLEMAN - Seniman Yuliono Singsot bersama kelompok masyarakat Dewe Yoben menggelar aksi teatrikal di depan kampus UGM, Jumat (1/3/2024) petang. Ia membacakan sepucuk surat tanpa suara yang diberi judul Surat Cinta Buat Penguasa dari Si Bisu untuk Si Dungu.

Aksi tersebut berjalan cukup singkat, di mana Yuliono menggenjreng gitar tanpa syair dan nada yang jelas, lalu mulai berdiri dan membacakan tanpa suara. Barulah kemudian, Agus Becak yang menerjemahkan surat tersebut dalam suara.

Begini isi surat tersebut :
Kutulis surat ini, ketika kata-kata sudah kehilangan makna, Kepada kalian para penguasa Yang berdasi tapi tak bernurani Yang perlente tapi berburu rente
Dengarlah suara kami, Kalian yang menyebut diri sebagai pemimpin rakyat, nyatanya kau diam saat kami desah, Kalian yang menyebut diri sebagai pejuang demokeasi, nyatanya kau sedang sibuk mencari keuntungan diri
Mashkah kalian tertawa di tengah nyanyian sumbang kami. Masihkah kalian berdansa di atas panggung penderitaan kami?
Wahai RAKYAT YANG TERTINDAS, BURUH DAN TUKANG BECAK, SENIMAN DAN KAUM CERDIK PANDAI, JIKA KALIAN DIAM PADA SIAPA KAMI MENGADU. JANGAN BIARKAN KAMI MENJADI SUARA SI BISU YANG MEMBEKU KETIKA DEMOKRASI DIHANCURKAN, MAKA DIAM BUKANLAH PILIHAN. Bunderan UGM, 1 Maret 024
Ku tulis surat ini di bawah luluhnya kain bendera di halaman kampus kita.

Setelah Agus Becak membacakan surat tersebut, aksi selesai. Cukup banyak pengguna jalan yang tertarik melihat aksi yang dilakukan Yuliono menggunakan riasan ala pantomim itu.

Hendri Kuncoro, koordinator Dewe Yoben mengatakan aksi tersebut sengaja dilakukan bertepatan dengan momen Serantan Oemoem 1 Maret. Paling tidak ada dua hal yang disuarakan yakni surat cinta untuk penguasa dan mencari rektor yang berani menegakkan kebenaran.

"Kita tahu hari ini satu Maret adalah momen Serangan Umum. Kami melakukan aksi-aksi yang disiarkan saat banyak hal kurang pas di bangsa ini. Jogja terdiri dari Kraton, Kampung dan Kampus. Tapi kita lihat sampai saat ini jampus tak bergerak. Kami mencari rektor untuk bergerak. Bagaimana demokrasi kita diacak-acak. Pemerintah saat ini lahir dari UGM, tapi hari ini negara yang merusak, dan kita tahu orang-orang itu dari mana. Kampus ini bisu,” ungkapnya pada wartawan.

Sementara terkait aksi bisu yang dilakukan salah satu seniman Yuliono Singsot, Hendri mengatakan bahwa cara tersebut dilakukan karena saat ini semua cara yang dicoba tak satupun didengarkan. Aksi teatrikal bisu diharapkan menjadi titik baru, bisa didengarkan oleh penguasa.

"Masyarakat teriak apapun tak bisa. Hanya si bisu yang menyuarakan pada penguasa agar pemerintah mendengar. Si bisu seorang diri, mungkin mereka akan mendengar. Mungkin rektor UGM juga akan mendengar dan ikut menyuarakan untuk mengembalikan kebenaran," tutupnya. (Fxh)

Aksi pantomim di depan kampus UGM (Harminanto)

Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB