Krjogja.com - SLEMAN - Jogja Nursing Center menggelar Jogja Wound Care Conference yang dihadiri 200 perawat dari berbagai wilayah DIY, Sabtu (9/3/2024). Para perawat upgrade skill terkait penanganan luka yang berkembang seiring majunya teknologi.
Indaryati, Ketua Jogja Nursing Center yang juga penyelenggara, mengatakan dalam agenda tersebut sekaligus dikukuhkan kepengurusan Indonesia Wound Care Clinician Associate (INWCCA) 2024-2029. Hari Prasetiyo sebagai Gubernur INWCCA DIY dan Moh. Aziz Adiputro, Sebagai Wakil
Gubernur.
Terkait Jogja Wound Care Conference, menurut Indaryati menjadi forum ilmiah untuk tenaga kesehatan yang berminat tentang perawatan luka. Para peserta mengupgrade ilmu dari pemateri Ikram Bauk, M.Kep. selaku Perwakilan Presiden INWCCA, juga Prof DR Christantie Effendy, M.Kes.
Baca Juga: Jelang Ramadan, Kapolri Minta Personel Antisipasi Tawuran hingga Petasan
"Kami ingin kumpulkan perawat luka yang ada di Jogja, dari lima kabupaten/kota ada semua. Kami ingin mengupgrade ilmu, karena Jogja pernah gempa 2006, lalu erupsi Merapi 2010 yang banyak korban luka. Kami ingin siap mengantisipasi apabila ada kejadian yang mengharuskan penanganan luka," ungkapnya.
Pada kejadian gempa 2006 lalu menjadi tonggak perubahan keperawatan luka di Jogja menurut Indaryati. Saat itu ada cukup banyak bantuan obat-obatan dari luar negeri yang akhirnya tak bisa digunakan karena pengetahuan para perawat yang minim.
"Kami tertrigger untuk mengembangkan diri dalam hal penanganan luka. Kami belajar perawatan luka terbaru, yang advance. Tidak pakai bahan-bahan cairan, serbuk atau salep yang tak direkomendaaikan guideline internasional. Dulu pakai kasa, dibasahin, sekarang tak melulu kassa. Penanganan luka itu update, kami harus ikut," sambungnya.
Baca Juga: IKA Undip Hijaukan Pantai Klotok dan Sembukan
Di sisi lain, predikat Jogja sebagai daerah ketiga tertinggi penderita Diabetes di Indonesia, membutuhkan perhatian dari para perawat luka. Mereka memiliki misi untuk meminimalisir amputasi akibat luka penyakit gula tersebut.
"Jogja juga peringkat 3 tertinggi Indonesia penderiya diatebes. Meraka bisa mengalami luka yang sulit sembuh bahkan amputasi. Kami berusaha turunkan kejadian amputasi karena diabetes," sambungnya. (Fxh)