sleman

Akademisi UGM Sebut Oposisi Bangkit dari Kematian, Ini Alasannya

Selasa, 12 Maret 2024 | 20:53 WIB



Krjogja.com - SLEMAN - Akademisi UGM, Zaenal Arifin Mochtar atau karib disapa Uceng menyebut situasi yang terjadi saat ini dengan adanya nilai kemunduran demokrasi menjadi momen kebangkitan oposisi.

Hal tersebut menurut Uceng menjadi hal yang cukup lama tak dilihat dalam dinamika demokrasi tanah air dua periode terakhir.

"Pertama apa kesempatan paling utama yang harus kita sadari. Perlakuan Jokowi seperti ini, itu menguatkan kembali opisisi yang lama mati, itu harus disambut oleh kita semua. Anda bisa bayangkan, sekian lama opisisi dibonsai, sekian lama oposisi didomestikasi, tidak bisa apa-apa. Hari-hari ini adalah pertanda ketika opisisi itu kembali bangkit," ungkap Uceng di Balairung UGM, Selasa (12/3/2024).

Baru pertama kali menurut Uceng setelah 9 tahun 4 bulan, ada ratusan universitas menyampaikan hal yang sama terkait demokrasi dan dinamika politik bangsa.

Hal tersebut menjadi pertanda baik bahwa demokrasi bisa berjalan lebih sehat ke depan.

Baca Juga: 13 Maret Ditetapkan Hari Jadi Ngayogyakarta Hadiningrat, Berikut Penjelasannya

"Tentu selain UGM, itu harus disyukuri dan itu harus kita pergunakan dengan baik. Oposisi bangkit itulah tanda demokrasi insya allah akan menuju lebih sehat. Arus kekuatan demokrasi yang tidak demokratis ini adalah pertanda bahwa kita semua harus membangun ulang arus demokrasi itu kita harus mengembalikan arusnya ke dasar utamanya, itu panggilan kita semua, itu yang kedua buat saya, panggilan kita semua bahwa jangan biarkan demokrasi menuju arus yang terbalik. Arus itu tetap harus kembalikan ke jalan yang tepat," tandasnya.

Berjuang pada jalan demokrasi menurut Uceng memang membutuhkan perjuangan. Semua elemen harus bergerak untuk menguatkan kembali perjuangan yang diiinginkan.

"Saya ingin mengajak begini, hari ini DPR sudah mulai angket, DPD sudah memulai pansus, apa yang akan dimulai oleh kita akademisi terkhusus UGM. Apa. Maka harus kita pikirkan langkah yang lebih konkret, saya kira salah satu tawaran dan saya minta bisakah nanti ini dilakukan di UGM adalah kita akan membuat yang namanya pengadilan rakyat. Pengadilan rakyat ini menjadi penting bahwa ketika negara lembaga negara tidak serius mengadili tidak serius menjatuhkan sanksi, tidak serius melakukan penghukuman, rakyat harus mengambil itu dan melakukan pengadilan rakyat. Kita punya banyak contoh di negara lain. Ada puluhan negara yang sudah pernah melakukan pengadilan rakyat," tegas Uceng.

UGM bersama universitas lain di seluruh Indonesia memiliki kekuatan untuk memungkinkan pengadilan rakyat terwujud. "Sekarang tinggal kemauan saja untuk melakukannya," pungkas Uceng.

Sementara, Busyro Muqqodas mengatakan bahwa Bulan Ramadhan adalah momen yang baik untuk melakukan sedekah termasuk sedekah politik.

Dinasti politik destruktif menurut Busyro tak lagi bisa dibiarkan dan kampus harus menjadi agen pergerakan memperbaiki proses demokrasi Indonesia.

"Ini saatnya seluruh civitas akademika dan pimpinan perguruan tinggi negeri maupun swasta tidak lagi bisa tinggal diam, ilmuwan yang diam itu sama saja mendiamkan kejahatan, mendiamkan kejahatan adalah kejahatan itu sendiri. Oleh karena itu kita menghimbau kepada rekan-rekan civitas akademika di seluruh Indonesia PTN dan PTS untuk sesegera mungkin, syukur-syukur sebelum tanggal 20 Maret ini melakukan gerakan-gerakan adab, penuh sopan, penuh santun tapi tegas terhadap rezim yang memamerkan ketelanjangan etika moral dan rasa malunya," tandas Busyro. (Fxh)

Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB