Selain Sudirman Said, pembicara lainnya juga hadir dalam acara tersebut, yaitu Prof. M. Baiquni, Guru Besar Geografi Regional Universitas Gadjah Mada (UGM); Prof. Armaidy Armawi, Guru Besar Fakultas Filsafat UGM; Prof. Heru Kurnianto, Guru Besar Manajemen Sumber Daya Manusia dan Organisasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Prof. Ni'matul Huda, Guru Besar Hukum Tata Negara UII.
Baca Juga: 3 Striker Top Eropa yang Wajib Diboyong Manchester United Setelah Kedatangan Sir Jim Ratcliffe
Guru Besar Fakultas Filsafat UGM Prof. Armaidy Armawi menjelaskan pola kepemimpinan Indonesia dipengaruhi oleh Revolusi Amerika Serikat dan Revolusi Prancis. Diketahui Revolusi AS diprakarsai Jenderal George Washington dimana awalnya diminta untuk menjadi pemimpin (Presiden) AS dan menolaknya. Namun, karena desakan besar masyarakat AS akhirnya Washington menerimanya sampai pada periode kedua. Namun, saat di periode ketiga di tengah besarnya dukungan rakyat, Washington enggan melanjutkan kepemimpinannya seraya mengatakan cukup dan tidak ingin dicontoh oleh pemimpin selanjutnya.
"Adapun Revolusi Prancis erat kaitannya dengan revolusi di Norwegia dan Swedia di tahun 1909 yang berjuang menjadi negara kesejahteraan. Indonesia sendiri lupa pada janji awal kemerdekaan dan menganggap politik dari panggilan pengabdian luhur menjadi politik adalah sebagai profesi sampai saat ini. Saat ini uang demi anak istri, fitnah itulah politik kita sekarang," tandasnya. (*)