sleman

Kisah Boy Harjanto, Fotografer yang Tinggal Tiga Tahun di Pos Pantau Abadikan Erupsi Merapi

Rabu, 8 Mei 2024 | 20:50 WIB
Boy Harjanto saat bercerita tentang aktivitasnya memotret Merapi (Harminanto)

 



Krjogja.com - SLEMAN - Cinta dan dedikasi, tampaknya menjadi dua kata yang tepat menggambarkan Boy T Harjanto, fotografer jurnalistik profesional yang tiga tahun lebih tinggal di pos pantau Gunung Merapi, Turgo Sleman. Boy tinggal di sebuah tenda yang ada di lantai tiga pos tersebut, dengan kamera yang selalu siap dibidik ketika terjadi erupsi Merapi.

KRjogja.com, berbincang langsung dengan Boy, di Pos Pantau Turgo, Rabu (8/5/2025). Kebetulan ketika bercerita, Merapi sedang tertutup awan mendung, yang berarti pula waktu baginya beristirahat meletakkan kamera dan menyeruput kopi panas.

Boy menceritakan, kecintaannya pada Merapi dimulai saat momen erupsi 2010 silam. Saat itu ia ditugaskan kantor tempatnya bekerja untuk memotret di lokasi kejadian awan panas, di sekitar tempat tinggal almarhum Mbah Marijan.

"Awalnya dulu motret erupsi 2010 itu, relasi dengan warga sekitar terus terjalin. Foto-foto saat erupsi itu saya bukukan, lalu kemudian dijual oleh warga yang juga menjadi korban erupsi, pada wisatawan. Keuntungannya untuk warga masyarakat, jadi hubungannya memang erat sampai hari ini," ungkap Boy.

Dari momen itulah ia jatuh cinta pada Merapi dan terus mengabadikan momen gunung tersebut, terlebih saat erupsi. Mt Merapi dan Java Volcano Eruption, menjadi dua judul buku yang mengabadikan foto-foto Boy saat erupsi terjadi.

Baca Juga: Sosialisasi Gempur Rokok Ilegal di Pasar Tegalgede dengan Wayang Kulit

"Saya berusaha mengabadikan momen-momen erupsi Merapi, bukan hanya untuk komersil di kantor berita tempat saya bekerja. Tapi di sisi lain harapannya bisa menjadi ruang edukasi, baik dari sisi fotografi maupun hal lain yang bisa dipelajari," lanjutnya.

Saat ini, Boy sudah tiga tahun lebih tinggal di pos pantau Turgo, yang mana menjadi titik aman terdekat ke arah erupsi Merapi yang mengarah ke barat daya. Dari pos pantau tersebut, Boy bisa melihat secara jelas bagaimana Merapi erupsi, dan mengabadikan lewat lensa kamera.

"Sudah tiga tahun lebih di sini, tidak lama setelah ditetapkan siaga (level III) pada 5 November 2020. Empat kali puasa kalau saya hitung. Harapan saya bisa buat sequence book, entah lima atau enam nanti. Semoga bisa membawa manfaat untuk warga di sekitar sini juga siapapun yang mau belajar," lanjut Boy.

Buku terakhir yang dibuat Boy berjudul 48 Hours yang menceritakan foto-foto erupsi Merapi 11 hingga 13 Maret 2023 lalu. Saat itu Merapi erupsi cukup besar, terbesar sejak status Siaga Level III 5 November 2020.

Saat itu ia memotret dari dua lokasi yang terdampak erupsi yakni di Turgo, Sleman dan Dukun Magelang. Dalam dua hari Boy mengumpulkan 80-an foto-foto luar biasa yang lantas diceritakannya dalam buku 48 Hours itu.

"Foto saat momen itu diawali dengan kemunculan Awan Panas Guguran (APG) dari Pos Pantau Dusun Turgo, 11 Maret 2023 jam 12.39 WIB dan diakhiri foto hujan abu vulkanik paska erupsi dari Posko Siaga Bencana Dusun Krinting, Dukun, Magelang pada 13 Maret 2023 pukul 12.40 WIB," lanjutnya.

Beberapa bukunya kini sudah menjadi koleksi perpustakaan-perpustakaan di kampus-kampus. Bahkan ia mendapat kabar bahwa bukunya ada di salah satu perpustakaan yang ada di Australia.

Saat ini, Boy tetap berkarya untuk kantor berita asing dan menjadi pengajar fotografi di beberapa universitas. Menarik, terkadang mahasiswa tak diajak berkuliah di kampus, namun belajar langsung di pos pantau tempatnya tinggal.

"Kadang mahasiswa saya ajak ke sini. Kadang ada juga yang workshop fotografi di sini lalu praktek memotret Merapi. Bersyukur masih tetap bisa berbagi ilmu. Beberapa kali juga berbagi ke komunitas dari luar kota yang datang ke sini, ya saya ajak ke sini," tandas pria berambut gondrong ini.

Aktivitas Boy sendiri saat ini banyak dilakukan di kawasan Turgo. Ia mendedikasikan waktu dan tenaga untuk memotret, mahaguru Merapi. (Fxh)


Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB