KRjogja.com - SLEMAN - Media Survei Center Indonesia (MSCI) melakukan survei elektabilitas dan popularitas calon peserta Pilkada Kota Yogyakarta dengan metode terbuka dan tertutup mulai 25 hingga 30 Juli 2024. Dari hasil survei yang menyasar sebayak 400 responden tersebut, potensi semua calon terlepas incumbent atau tidak masih mempunyai peluang untuk bisa memimpin kota Yogyakarta dan tidak ada hasil survei yang dominan.
" Hasil survei kami di Kota Yogyakarta ini beda dengan kota-kota lain seperti Kota Magelang dan Kota Surabaya yang masih didominasi banyak calon incumbent. Kalau di sana masih agak berat, karena incumbent tinggi. Jadi di Kota Yogyakarta masih ada potensi calon lain di luar incumbent untuk bisa masuk dalam pilkada dengan didukung suasana agak cair," tutur Direktur Eksekutif MSCI, Helmi Panggabean di UC UGM, Minggu (4/8/2024) sore.
Helmi mengatakan survei tersebut dilakukan selama enam hari dengan menggunakan dua metode yang digunakan yakni, spontan terbuka dan tertutup. Hasilnya, Heroe Poerwadi Bu yang merupakan mantan wakil walikota dan Singgih Raharjo yang pernah menjabat sebagai Pj. Walikota saling bersaing di posisi atas.
Baca Juga: Pasukan Hantu Maut, Pejuang dari Prawirotaman
"Hasilnya, spontan terbuka khususnya popularitas terbuka Singgih Raharjo 25,3 persen, popularitas adalah tingkat pengenalan alias tahu. Selanjutnya Heroe Poerwadi 21 persen, Afnan Hadikusumo 19,5 persen, Heri Zudianto 17,3 persen dan Eko Suwanto 12 persen," paparnya.
Menurutnya, metode spontan terbuka adalah melontarkan pertanyaan tanpa panduan kepada responden. Selanjutnya, dari yang mengetahui siapa calon peserta Pilkada Kota Yogyakarta. Melontarkan pertanyaan siapa yang cocok memimpin atau elektabilitas terbuka.
"Untuk hasilnya Heroe Poerwadi 20 persen, Singgih Raharjo 8,8 persen, Eko Suwanto 6 persen, Wawan Harmawan 5,8 persen, Afnan Hadikusumo 5 persen dan Budi Waljiman 1,8 persen. Lalu yang tidak tahu, tidak jawab 50,3%. Masih tinggi, kenapa? Karena terbuka, belum dijelaskan ada berapa nama, elektabilitas terbuka ini elektabilitas yang spontan jadi hasil mengetahui popularitas," ungkap Helmi.
Baca Juga: Turing Vespa Tua dari Jogja ke Bau Bau, Bawa Pesan Persaudaraan HUT Kemerdekaan RI
Sedangkan survei dengan metode tertutup, kata Helmi, adalah survei dengan cara menunjukkan nama-nama dan calon masing-masing kepada responden. Sehingga bisa dikatakan ini adalah popularitas real. Jadi ketika pertanyaannya apakah kenal atau tahu Heroe Poerwadi 68,5 responden menjawab tahu. Kenapa lebih tinggi? Karena sudah ditunjukkan satu-satu kalau sebelumnya spontan.
"Tingkat popularitas ini menandakan bahwasanya persepsi masyarakat yang ditanyakan oleh surveyor kepada responden 68 persen paling tinggi pak Heroe Poerwadi, popularitas pengenalan," ucapnya.
Dari popularitas, Helmi kembali mencoba kerucutkan lebih dalam yakni tingkat kesukaan. Hasilnya, yang tahu Heroe Poerwadi tadi 43 persen suka, Singgih Raharjo 33,3 persen suka dan Afnan Hadikusumo 21,8 persen suka.
"Popularitas ke suka ini modal untuk menuju ke elektabilitas. Maka pertanyaan selanjutnya diantara nama-nama ini, yang sudah tahu kalau sekarang Pemilu dalam rentan 25 hingga 30 Juli itu 29,8 persen memilih Heroe Poerwadi, 13,8 persen memilih Singgih Raharjo, 10,5 persen memilih Afnan Hadikusumo, 10,3% Wawan Harmawan, 7,8 persen, Eko Suwanto, 3,3 persen dan tidak tahu atau belum menentukan pilihan 22,3 persen," terang Helmi.
Baca Juga: Ketua DPP PDI Perjuangan: Menangkan Pilkada Bantul
Akan tetapi, Helmi menyebut jika hasil survei tersebut belum hasil akhir namun menunjukkan tren elektabilitas. Sehingga hasil survei itu menggambarkan inilah calon-calon yang berpotensi untuk maju di Pilkada Kota Yogyakarta dan berpotensi untuk bisa unggul. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling, artinya pengambilan sampling berjenjang.
"Jadi komposisi setiap kecamatan di-breakdown terus sampai tingkat Kalurahan proporsional, lalu sampai menentukan titik, RT ataupun random di setiap Kepala Keluarga dengan margin error 4,9 persen. Responden terpilih kita tentukan ada 40 Kalurahan dari total 45 Kalurahan di Kota Yogyakarta," imbuh Helmi.