Krjogja.com–SLEMAN–Departemen Sosiologi Fisipol UGM menghelat sesi kuliah umum (studium generale) bertema Angry Youth and The Politics of Outrage pada Kamis siang (18/9).
Pada kesempatan itu, Arie Sujito, sosiolog UGM, hadir sebagai narasumber bersama Heru Nugroho yang juga merupakan dosen sosiologi UGM.
Keduanya mengulas seputar fenomena demokrasi dan politik Indonesia belakangan yang banyak dimotori oleh generasi muda.
Dalam paparannya, Arie Sujito menyoroti bagaimana tenaga anak muda Indonesia mampu memberikan resistensi yang kuat terhadap rezim pemerintahan.
Ia mengapresiasi bagaimana keberanian anak muda dalam menentang pelbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat.
Kenaikan pajak, intransparansi anggaran, proses perumusan undang-undang yang kontroversial, serta kesenjangan antara pejabat dan rakyat pada muaranya menyulut api amarah generasi muda.
Bagi Arie Sujito, hal itu menunjukkan kepada publik bahwa demokrasi tak hanya soal pemilihan umum (Pemilu).
Namun, demokrasi semestinya hidup dalam banyak percakapan-percakapan dan pertengkaran gagasan di ruang publik.
Keberanian perlawanan anak muda terhadap otoritarianisme pemerintah menunjukkan wajah demokrasi yang hidup.
Bahkan, berkat keberanian anak muda Indonesia lah, masyarakat Nepal berani melakukan revolusi dalam waktu 48 jam.
Menurut pemilik gelar doktor di bidang sosiologi itu, indikasi positif tersebut mesti terus dikembangkan.
Nalar kritis dan kesadaran etis akan praktik baik demokrasi perlu senantiasa dipupuk.
Lewat suara generasi muda lah, pemerintah bakal terus berhati-hati dalam mengambil setiap kebijakan publik.
"Pemerintah harus sadar, bahwa suara anak muda tidak bisa diabaikan. Mereka subjek demokrasi, bukan objek kebijakan!" tegas Arie menyala-nyala.