Di pesanggrahan inilah HB VII menghabiskan sisa usianya pasca lengser keprabon dan digantikan oleh HB VIII. Tak heran, kamar HB VII pun hingga kini masih disakralkan.
Arsip Renjana Bhuwana juga mewajahkan proses pembangunan hotel dan plaza Ambarrukmo.
Dimulai dari tahun 1960 saat era kepemimpinan Presiden Soekarno, gagasan membangun plaza lantas mencuat di tahun 2004. Pada waktu itu, terjadi gonjang-ganjing pro kontra di kalangan masyarakat.
Meski pada akhirnya tetap dieksekusi, beberapa kalangan kala itu sempat khawatir bahwa pembangunan plaza berpotensi mencederai marwah Pesanggrahan Ambarrukmo.
Pameran arsip ini juga memaparkan potret-potret interior hotel. Gambar-gambar seperti relief batu, mozaik keramik, serta berbagai patung turut ditampilkan.
Tak ketinggalan, Renjana Bhuwana pun turut menyertakan kesan-kesan dari para tokoh besar yang pernah menginap di Ambarrukmo.
Beberapa nama yang publik kenal seperti Rhenald Kasali (UI), Syamsul Ma'arif (CRCS UGM), hingga Purwatjaraka bersedia memberikan kesan baiknya selama rehat di Ambarrukmo.
Lewat pameran Renjana Bhuwana ini, estetika ruang, waktu, serta figur penting berpadu menjadi jalinan gerak sejarah yang layak dikenang dan diteladani generasi mendatang. (*)