KRjogja.com - SLEMAN - Keberadaan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Tamanmartani, Sleman, mendapat respons positif dari warga sekitar. Meski sekarang masih menempati bekas shelter Covid-19 yang dipinjamkan Kalurahan Tamanmartani. Kendati baru dioperasikan sejak Senin (16/6/2025), namun dalam waktu tiga bulan sudah ada 947 orang yang bergabung di KDMP Tamanmartani.
“Saat ini anggota terakhir 974 per 19 September. Target kami 1.100 anggota dalam empat bulan pertama beroperasi,” ujar Ketua KDMP Tamanmartani, Mawardi.
Selain berhasil menggaet hampir seribu anggota, KDMP Tamanmartani juga telah mendistribusikan 80 ton pupuk bersubsidi kepada para petani. KDMP Tamanmartani mendapat dukungan dari PT Pupuk Indonesia untuk menjual pupuk bersubsidi, baik jenis NPK maupun Urea, serta pupuk non-subsidi bernama Kujang. Selain itu, kelompok tani di sekitar juga menitipkan pupuk organik buatan sendiri yang berasal dari kotoran hewan. Sejak awal beroperasi, KDMP Tamanmartani baru menjalankan empat unit usaha, yaitu sembako, sarana produksi pertanian (saprotan), klinik dan apotek, serta simpan pinjam.
“Yang berjalan bagus saprotan, karena kami bekerja sama dengan kelompok tani dan gapoktan,” ujarnya.
Mawardi menilai, keberadaan KDMP Tamanmartani berpotensi menghasilkan profit signifikan. Tetapi kendala utama yang dihadapi adalah sumber modal. Sejauh ini, sumber dana KDMP Tamanmartani hanya berasal dari iuran anggota sebesar Rp 100 ribu untuk simpanan pokok dan Rp5 ribu untuk simpanan wajib per bulan. Pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan tambahan modal dari pihak luar. Salah satunya dengan mengajukan proposal pinjaman ke Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah RI. Tetapi belum terjadi kesepakatan terkait modal pinjaman tersebut. Dari pengajuan sebesar Rp 1,5 miliar, hanya disetujui Rp750 juta.
“Belum kami ambil, karena kalau sesuai kegiatan belum cukup. Nanti tidak jalan, sebab ini satu rangkaian kegiatan. Setidaknya bisa Rp 1 miliar supaya bisa jalan. Dari awal sudah terlihat potensi profit—sembako, LPG juga sudah jalan. Tapi belum bisa melesat karena sumber modalnya hanya dari iuran wajib anggota. Dana lain belum ada,” ujarnya.
Selain kendala permodalan, KDMP Tamanmartani juga mengalami kesulitan mendapatkan suplai dalam jumlah besar dari mitra. Pasalnya, sebagian besar anggota KDMP Tamanmartani merupakan pelaku usaha. Baik toko kelontong maupun penjual makanan, sehingga kebutuhan bahan pokok dalam jumlah besar sangat tinggi. Misalnya untuk kebutuhan Minyakita, Mawardi menyebut KDMP bisa menyalurkan 100 kardus dalam seminggu jika mendapat pasokan cukup. Begitu pula LPG, di mana KDMP membutuhkan sekitar 200 tabung gas per minggu, namun saat ini hanya tersedia 60 tabung gas per minggu.
Baca Juga: Usai Derby Mataram, Van Gastel Pilih Beri Libur Skuad PSIM
“Misalnya kami minta Minyakita 30 dus, warga kami banyak pedagang kelontong, angkringan, penjual ayam goreng. Begitu barang datang dan kami bagikan ke anggota, langsung habis karena mereka jual lagi,” jelasnya.
Terkait hal tersebut, Mawardi berharap para mitra bisa mendukung penuh operasional KDMP Tamanmartani. “Kami harapannya sesuai dengan harapan Pak Presiden. Rekan-rekan BUMN harus betul-betul support, jangan setengah-setengah. Kalau bantu ya bantu. Misalnya Bulog, dulu waktu pertama buka, support berapa pun kami beli. Tapi setelah berjalan, ketika kami minta lebih banyak malah tidak bisa,” ujarnya.
Selain unit usaha sembako yang belum berjalan maksimal, Mawardi mengungkapkan, bahwa unit usaha klinik dan apotek belum bisa beroperasi optimal karena masih menunggu regulasi dari dinas terkait.
Sejauh itu, KDMP Tamanmartani sudah bekerja sama dengan Kimia Farma untuk pengadaan dan penjualan obat nonresep. Tetapi, regulasi baru mengharuskan koperasi memiliki apoteker sendiri. Sedangkan untuk mendatangkan tenaga apoteker membutuhkan biaya tidak sedikit. “Kami masih menunggu regulasi yang tepat. Dari Kimia Farma kan apotekernya boleh dari Puskesmas, tapi aturan yang baru mengharuskan apoteker mandiri, dan itu berbayar. Sementara kami belum mampu membayar karena apoteker kan profesi khusus, biayanya cukup tinggi,” ujarnya.