MAGELANG (KRJogja.com) – Kesenian tradisional Janengan, salawatan maraton yang pernah hidup di era 1980-an namun nyaris punah, kembali dipentaskan dalam gelaran Kolaborasa: Napak Tradisi Bumi Teneran di Dusun Teneran, Desa Pucungsari, Grabag, Magelang, Sabtu (15/11/2025). Pertunjukan ini menjadi momentum bersejarah karena menghidupkan lagi tradisi yang terakhir digelar pada 1989.
Kebangkitan Janengan tak lepas dari dukungan Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Program revitalisasi ini dipimpin Dr. Rr. Paramitha Dyah Fitriasari, M.Hum bersama tim interdisipliner UGM: Dr. Djarot Heru Santosa, Dr. Anggi Rahajeng, M.Ec, serta Galih Prakasiwi, S.Sn., M.A. dari ISI Yogyakarta, dan Sanggar Turonggo Sekar Gadung pimpinan Dani Anwar.
Tak hanya dosen dan seniman, program ini juga melibatkan mahasiswa S1, S2, dan S3 UGM. Rangkaian kegiatan—doa bersama, persiapan, dan pementasan—telah berlangsung sejak 9 November 2025.
Tradisi Salawatan Maraton 7 Jam
Menurut Paramitha, Janengan merupakan kesenian salawatan dengan karakteristik unik: dimainkan selama 6–7 jam nonstop sejak pukul 21.00 hingga subuh, melibatkan 20 penabuh rebana dan kendang serta enam vokalis yang melantunkan satu kitab lengkap tentang riwayat Nabi Muhammad SAW.
“Alat musik telah rusak, kitab surah nabi hilang, dan tidak ada dokumentasi audio-visual maupun notasi musik yang tersimpan,” ujar Paramitha, menggambarkan kondisi Janengan sebelum direvitalisasi. Kini, pengetahuan tentang Janengan hanya tersisa pada dua pemain tua: Suradji (65) dan Tamat (62).
Tiga Arah Revitalisasi: Digital, Estetika, dan Ekonomi
Program PISN mengambil pendekatan kolaboratif yang jarang diterapkan dalam pelestarian budaya. Tiga langkah utama yang dilakukan ialah:
1. Digitalisasi Warisan Budaya
Pembuatan website bumiteneran.com sebagai arsip digital, dokumentasi, dan etalase informasi seni budaya Desa Teneran.
2. Inovasi Estetika
Pengembangan pertunjukan Janengan Sekenteng, serta desain kostum baru yang memadukan nilai tradisional dengan sentuhan kontemporer.
3. Pemberdayaan Ekonomi Kreatif
Workshop untuk ibu-ibu PKK dan pelaku UMKM mengenai inovasi produk anyaman, branding lokal, hingga strategi pemasaran untuk menciptakan ekosistem ekonomi berbasis budaya.