Atap Senja, Perjuangkan Pendidikan Bocah Bantaran Kali di Yogyakarta

Photo Author
- Senin, 15 Oktober 2018 | 08:18 WIB

TERDENGAR teriakan ceria bocah-bocah memanggil nama relawan mahasiswa yang datang menyambangi kampungnya. Dua hari dalam sepekan, di sela-sela padatnya jadwal kuliah, para mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Sekolah Rakyat  ‘Atap Senja’ mengajar puluhan bocah di bantaran kali Winongo dan Code, Yogyakarta.

Nampak salah seorang bocah sedang bungah menenteng jawaban  soal matematika yang baru saja  digarapnya bersama  relawan. Namanya Satria, saat ini ia duduk di kelas lima SDN Kyai Mojo,Yogyakarta. Ia merupakan salah seorang anak yang telah dua tahun rutin belajar bersama Atap Senja di kampu+ng Badran.

Pada Rabu (26/9/2018) Krjogja.com  mengikuti relawan Atap Senja menyusuri lorong-lorong sempit kampung Badran, Yogyakarta yang berada di pinggir kali Winongo Yogyakarta. Ditemani dua orang pengurus Atap Senja membelah perumahan padat. Menyisir satu persatu tempat bocah-bocah berkumpu dan belajar sembari menyapa masyarakat yang duduk di pelataran rumah.

Setiap Rabu malam komunitas ini rutin hadir di Badran sejak pukul 19.00 hingga 21.00 untuk mengajar dan membantu anak-anak dengan tugas sekolahnya. Terdapat empat titik mencakup lima RT  yang dijadikan tempat kegiatan belajar mengajar di Badran.

Mulai dari balai perkumpulan warga, hingga pelataran bank sampah dijadikan wadah untuk menggali potensi bocah kampung yang ingin belajar bersama. Keadaan itu tetap disyukuri oleh para relawan asalkan bisa tetap diberikan kesempatan untuk memberi arti bagi sesama. “Kita sudah senang bisa disediakan tempat oleh pemangku wilayah sini untuk bisa mengadakan kegiatan bersama anak-anak ,” ungkap Via Annisa selaku koordinator Atap Senja saat ini.

Komunitas Atap Senja ini sendiri sudah mulai aktif berkegiatan sejak bulan April tahun 2015 lalu.  Diprakarsai oleh tiga mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UPN Yogyakarta angkatan 2013 yang tergerak untuk bisa berbagi manfaat bagi sesama. Nama ‘Atap Senja’ menggambarkan suasana sore yang bahagia dengan siluet matahari hampir yang hampir hilang.

“Berhubung tiap mau acara kami koordinasi dari sore hari, jadi namanya Atap Senja. Walau agenda nya saat sudah petang,” jelas Via Annisa dengan tertawa.

Di Badran, tiap titik tempat mengajar rata-rata terdapat 20 anak dari usia Taman Kanak-kanak hingga SMP yang ikut serta. Dalam durasi dua jam, Atap Senja membagi satu jam pertama untuk memberikan materi seputar pelajaran sekolah. Sisanya untuk  membantu mengerjakan tugas dan penanaman nilai karakter melalui cerita dan permainan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maria Stephanie dan Pangan Lokal

Senin, 1 Juni 2020 | 14:11 WIB

Warga Jogonalan Ciptakan Motor dan Sepeda dari Kayu

Sabtu, 23 Februari 2019 | 00:15 WIB

Aika Ingin Jadi Pendongeng dan Pendiri Cagar Alam

Sabtu, 22 Desember 2018 | 13:15 WIB

Perjuangan Relawan UGM Pulihkan Senyum Warga Lombok

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 01:10 WIB

Irul, Majukan Dusun dengan Jualan 'Online'

Kamis, 11 Oktober 2018 | 19:30 WIB
X