"Zaman saya, saya dobrak anak-anak yang punya berprestasi dan menonjol, untuk dikirim ke Jepang, China, lalu korea. Juga menghasilkan magang di Jerman dan Jepang. Magang bekerja dan mereka dibayar," katanya.
Di bidang promosi, Wikan menganggarkan setengah miliar di tahun pertama hanya untuk mengenalkan Vokasi pada khalayak masyarakat. Segala channel publikasi jadi sarananya berkomunikasi dengan masyarakat.
Mulai dari beriklan di media massa dan radio, menggelar roadmap dengan mengirimkan mahasiswa dan dosen mudik ke penjuru Indonesia, serta melalui online dan jejaring sosial. Bahkan, Wikan mengaku pada mulanya mengoperasikan sendiri media sosial tersebut di awal kepemimpinannya sebagai wakil direktur.
Pembinaan prestasi juga dirintisnya lewat pembentukan UKM Fakultas dan pembinaan prestasi secara kontinu. Satu persatu prestasi kemudian ia petik dari hasil kerja keras. Juara pekan olahraga dan seni tingkat universitas (Porsenigama UGM), hingga Juara Robotik tingkat dunia di Amerika Serikat. Semua prestasi itu membuat minat atas Vokasi UGM terkerek, dari 6.800 peminat pada 2012, menjadi 21.700 pada 2015.
"Jupenya (Jumlah pendaftar) meningkat Tiga kali lipat lebih!" ungkapnya. Namun semua prestasi itu, tak lantas membuatnya mudah mengelola SV UGM. Ia ingat 2 Mei 2016 justru memberinya cobaan dalam bentuk demonstrasi mahasiswa yang kembali menghajar UGM. (Ilham Dary Athalah)
Tak lama, semua jurusan D3 di Vokasi juga harus dirombak total berganti nama. Termasuk jurusannya Teknik Mesin yang dipastikan akan hilang dalam regulasi baru pemerintah tersebut. Simak kisahnya mengarungi ombak hingga menahkodai Vokasi UGM, disini.