Krjogja.com - MAGELANG - Ada yang berbeda dari peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tingkat Jawa Tengah Tahun 2023. Jika sebelumnya selalu dirayakan di kabupaten/kota diluar Semarang, tahun ini puncak HPN ke-77 dirayakan di Kota Atlas (Semarang). Namun seperti yang sudah - sudah, panitia selalu berkolaborasi dan bersinergi dengan pemerintah daerah yang menjadi tuan rumah.
Hal ini sebagai bentuk komitmen, dukungan dan kontribusi PWI Jawa Tengah terhadap pemerintah daerah yang menjadi tuan rumah. Salah satunya dengan mempublikasikan dan memberitakan potensi - potensi setiap daerah yang menjadi tuan rumah.
Untuk tahun ini, panitia HPN Tingkat Jawa Tengah mengadakan lomba penulisan berhadiah total Rp 19 juta bekerjasama dengan Pemkot Semarang. Materi penulisan diantaranya tentang potensi wisata, lingkungan, perhubungan, budaya dan ekonomi di Desa Wisata Kandri dan Kampung Jawi, Kecamatan Gunungpati. Total ada 55 wartawan anggota PWI Jateng dari 28 kabupaten/kota yang ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Sebelumnya, mereka wajib mengikuti kegiatan Village Tour selama dua Kamis - Jumat (2-3/3/2023). "Village Tour dan lomba jurnalistik merupakan rangkaian kegiatan HPN sebagai bentuk kehadiran PWI memberikan kontribusi lewat publikasi hasil - hasil pembangunan daerah, baik itu pariwisata, perhubungan, lingkungan, seni budaya, dan sebagainya," kata Ketua Panitia HPN Tingkat Jateng, Zainal Abidin Petir.
Selama kegiatan ini, kata Petir, peserta akan menginap di home stay milik warga di kawasan Desa Wisata Kandri. Sedang tema lomba adalah ‘Semarang Rumah Kita’. "Lomba ini adalah kerjasama PWI Jateng dengan Pemkot Semarang," ujarnya.
Ditambahkan Ketua PWI Jateng, Amir Mahmud NS, lewat publikasi ‘Semarang Rumah Kita’, kita akan mendorong siapapun yang datang ke sini serasa di rumah sendiri dan wisatawan pun selalu ingin mengunjungi,. "Ini adalah bagian dari komitmen PWI Jawa Tengah, untuk berkontribusi secara nyata kepada pemerintah. Dimana dalam setiap peringatan HPN, kita berikan apa yang bisa kita berikan kepada setiap daerah. Salah satunya dengan lomba penulisan ini," katanya, dalam sambutan penerimaan peserta lomba di Kampung Jawi Kamis malam kemarin.
Disampaikan Amir, sejumlah kegiatan sebelumnya sudah dilaksanakan PWI Jawa Tengah dalam rangkaian HPN yang tahun ini mengusung tagline ‘Goes to Campus’. Diawali dari Kampus Udinus melalui Dialog Lima Rektor bertajuk ‘’Media Edukatif Menunju Tahun Politik 2024’’, dilanjutkan Khataman Alquran di Masjid Abu Bakar Assegaf Unissula, Dialog Kebangsaan di USM, serta Kuliah Umum Sertifikasi Halal UMKM di Unwahas. "Puncaknya, akan dilaksanakan Malam Resepsi HPN yang akan dihadiri ratusan undangan, diantaranya Gubernur Ganjar Pranowo bersama forkopimda, Ketua PWI Pusat, rektor, para mitra kerja, para mantan ketua PWI, sesepuh, dan anggota PWI Jateng," ungkapnya.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, R Wing Wiyarso Poespoedho menyambut baik kegiatan dalam rangkaian peringatan HPN ke-77 oleh PWI Jateng ini. "Atas nama Pemkot Semarang, kami bangga dan terima kasih dipercaya menjadi tuan rumah HPN tahun 2023. Sejauh ini kami butuh kerjasama dan kolaborasi dengan teman-teman wartawan khususnya dari PWI. Untuk diketahui perkembangan teknologi komunikasi khususnya media sosial, saat ini semua orang bisa menjadi wartawan. Namun yang membedakan, mereka tidak dibekali kaidah-kaidah jurnalistik. Karena itu, PWI tetap kita butuhkan untuk menjadi penyeimbang dan rujukan terkait pemberitaan - pemberitaan di media sosial. Karena itu, kegiatan seperti ini kami akan dukung," katanya.
Sekretaris PWI Kabupaten Magelang, Ali Subchi, yang turut menjadi peserta lomba penulisan, mengapresiasi langkah dan upaya PWI Jateng tersebut. "Rangkaian HPN Jawa Tengah tahun ini sangat lengkap. Seluruh stakeholder digandeng dan diajak bersama untuk merasakan kehadirian PWI ditengah masyarakat. Apalagi ada lomba penulisan. Ini bagus," imbuhnya.
Lomba sendiri dimulai saat seluruh peserta berangkat dari Gedung Pers yang juga Sekretariat PWI Jateng. Ada yang menarik saat pemberangkatan kemarin. Dimana peserta diajak ikut merasakan sensasi menaiki bus 100 persen listrik milik Dinas Perhubungan Kota Semarang. Bus yang nota bene baru ada dua di Jawa Tengah ini, merupakan bagian dari kepedulian Pemkot Semarang untuk mendukung kelestarian lingkungan. Salah satunya, mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor. "Lebih nyaman dan hampir tidak ada suara mesinnya. Serasa naik pesawat," kata Ali.
Perjalanan ke Waduk Jatibarang ditempuh sekitar 45 menit. Sesampai dilokasi, peserta dijelaskan tentang proses pembangunan waduk termasuk keberadaan Goa Kreo yang berada tepat ditengah waduk. Danu Kasno, pemandu wisata Goa Kreo mengatakan, ada banyak cerita yang beredar di masyarakat mengenai Goa yang dihuni oleh kera jenis ekor panjang tersebut. Namun semuanya masih berkaitan dengan Sunan Kalijaga saat ingin menebang kayu jati untuk Masjid Agung di Demak.
Diceritakan, jika kayu jati yang ditebang itu justru berpindah-pindah, dan ini yang menyebabkan Sunan Kalijaga harus melakukan persemedian demi mengetahui letak kayu jati yang mendadak berpindah tersebut. Mitosnya, Sunan Kalijaga melakukan semedi di dalam Goa Kreo tersebut. Singkat cerita, batang kayu jati yang begitu besar itu, justru tersangkut dan sulit untuk kembali ke aliran sungai. Kesulitan Sunan Kalijaga pun teratasi saat 4 ekor kera ekor panjang dengan warna yang berbeda membantunya. Sekawanan kera yang setia itu kemudian menawarkan diri untuk ikut Sunan Kalijaga.
Namun, tawaran itu ditolak, dan sebagai rasa terima kasih atas bantuan para kera tersebut, Sunan Kalijaga memberikan kawasan hutan di Goa Kreo sebagai tempat tinggal 4 ekor kera berwarna merah, hitam, kuning, dan putih. Masyarakat sekitar Semarang meyakini bahwa kera ekor panjang yang hidup hingga saat ini merupakan keturunan dari 4 ekor kera yang setia di zaman Sunan Kalijaga tersebut.
Selain cerita tentang Goa Kreo, para peserta lomba juga diajak melihat sarana prasaranan yang ada di Waduk Jatibarang. Diantaranya Perahu Wisata, Plaza Kandri, dan Lokasi Pemancingan. Potensi wisata minat khusus berupa Ekowisata dan Eduwisata yang dikemas dalam paket wisata bagi rombongan pelajar dan mahasiswa. Yang unik ditempat ini, kita diajak melihat kawanan kera melakukan panjat pinang. Atraksi ini merupakan bagian dari paket wisata yang dijual oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang di waduk yang dibangun untuk mengatasi banjir dan membantu ketersediaan air minum warga Semarang tersebut. "Baru kali ini saya melihat kawanan kera ikut panjat pinang. Menarik dan menghibur," kata Marni, peserta lomba dari PWI Purworejo.
Dari Waduk Jatibarang, peserta kemudian diajak menuju Desa Wisata Kandri, yang lokasinya hanya ditempuh selama 10 menit perjalanan. Mereka disambut para pengelola desa wisata di sebuah pendopo, yang sering disebut 'Omah Pintar Petani' (OPP). Di tempat yang sekaligus digunakan sebagai kantor Pokdarwis Desa Wisata Kandri 'Pandanaran', berdasarkan SK Walikota Semarang Nomor 556/407 tanggal 21 Desember 2012, peserta mendapatkan sejumlah penjelasan tentang Desa Wisata Kandri.