"Perubahan-perubahan yang berlangsung secara bertahap dan bertahun-tahun itu, tanpa disadari telah merubah pola hidup dan budaya masyarakat menuju hal yang praktis dan instan termasuk sampah. Lebih banyak masyarakat yang membuang sampah daripada mengolahnya secara mandiri," ujar GKR Hemas.
Menurutnya, pengelolaan sampah membutuhkan kebijakan yang harus bisa memfasilitasi kepentingan semua pihak (pemerintah-swasta-masyarakat).
Selanjutnya, sistem pengelolaan sampah wilayah harus direncanakan dengan baik, secara komprehensif dan terukur baik target capaian dan jangka waktunya. Harus ada langkah-langkah strategisnya baik itu jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Seperti halnya permasalahan TPA Piyungan yang sering Tutup, harus segera disolusikan jangka pendeknya yang itu tidak mudah diputuskan.
Tak kalah penting, teknologi pengolahan sampah harus benar-benar dikaji, sudah banyak investor luar negeri yang siap dengan teknologi pengolahan sampah di TPA, namun apakah kita siap jika retribusinya menjadi mahal jika menggunakan teknologi tersebut, belum lagi kajian teknis teknologi tersebut apakah benar-benar dapat menyelesaikan atau nantinya malah menjadi beban.
Selanjutnya, perlunya sistem pengelolaan yang baik mulai hulu hingga hilir sampah, sehingga program-program pengelolaan sampah itu tidak terhenti ditengah jalan. Diambil langkah praktis namun harus dikaji feasibility studynya sehingga langkah tersebut layak untuk dijalankan.
"Melibatkan masyarakat mulai dari lingkup terkecil seperti halnya PKK, Karang taruna melalui program-program pengelolaan sampah yang mudah dipahami dan dilakukan oleh masyarakat yang tentunya harus memberikan nilai tambah kepada masyarakat," ujar GKR Hemas.
"Semua hal di atas bukan hal yang mudah dilakukan dalam waktu yang singkat, minimalnya mungkin 10 tahun baru bisa, namun hal tersebut juga bukan merupakan hambatan untuk kita mulai bergerak mengelola sampah dari sekarang. Mulai dari yang sederhana, mulai dari yang ada dan yang bisa," lanjutnya.
Pada intinya, lanjut GKR Hemas, pengelolaan sampah secara mandiri ini harus dimulai mulai dari level terkecil, didukung dengan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat oleh tenaga yang ahli persampahan dengan kolaborasi berbagai pihak.
Mulai praktisi, akademisi dan bisnis dalam hal ini diimplementasikan oleh Resikplus yang didukung oleh pemerintah, untuk bergotong royong membangun sistem pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat untuk menjadi solusi bersama dalam menyelesaikan masalah darurat sampah di Yogyakarta agar menjadi program yang juga bisa memberikan dampak positif bagi kemakmuran masyarakat yang berdaya dan berbudaya dalam mengelola sampahnya.(*)