'Augmented Reality Tembang Dolanan Anak' Inovasi Pendidikan Karakter Masa Pandemi

Photo Author
- Sabtu, 17 Oktober 2020 | 19:15 WIB
Anak-anak mengaplikasikan 'Metode Sariswara' di Pendapa Tamansiswa. Foto: Istimewa
Anak-anak mengaplikasikan 'Metode Sariswara' di Pendapa Tamansiswa. Foto: Istimewa

YOGYA, KRJOGJA.com - Laboratorium Sariswara dibawah asuhan Badan Khusus Taman Kesenian Tamansiswa merupakan komunitas mandiri yang bergerak mendokumentasikan – meneliti – mengembangkan dan membumikan 'Metode Sariswara'.

Listyo HK (Cak Lis), Ketua Lab Sariswara kepada krjogja.com, Sabtu (17/10/2020) mengatakan, Metode Sariswara, yakni sebuah metode pendidikan kesenian untuk melandasi watak anak sesuai gagasan Ki Hadjar Dewantara. "Bagi beliau, mendidik toleransi /tepa-slira paling mendasar terkait erat dengan membentuk rasa percaya diri," ujarnya.

Cara paling tepat adalah mengajak anak bersosialisasi langsung dengan anak lainnya sekaligus dimasuki dengan berbagai pelajaran/isian materi khusus (gotong-royong, syukur, ibadah, antre, disiplin, hormat - menghargai sesama dll) dengan cara bermain yang menyenangkan. Maka bahasa sastra dalam lirik dan cerita menjadi bagian penting. Sementara lagu/tembang merupakan media agar yang terdidik perasaannya bukan intelektualnya (Teori Anthroposophie).

"Beliau menggabungkan tiga pendidikan seni ini (lirik/bahasa – lagu – cerita) dalam satu kesatuan metode pendidikan," ucapnya di Kantor Lab Sariswara, Jalan Tamansiswa 31 - 41, Sabtu (17/10/2020).

Itulah 'Metode Sariswara'. Permainan tradisional rakyat menjadi sebuah pilihan tepat. Karena permainan tradisional menyerap seni-budaya lokal daerah, sehingga metode ini berbonus penanaman rasa cinta pada budaya lokal bangsanya sendiri. Salah satu produk metode ini ialah : Tembang Dolanan Anak Khas Tamansiswa, sejak tahun 1922.

Dijelaskan Cak Lis, pada tahun 2020 ini Lab Sariswara, dipercaya oleh Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI untuk membuat Karya Kreatif Inovatif melalui program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK). Karya ini berupa Buku & Aplikasi Android gabungan antara Tembang Dolanan Anak khas Tamansiswa dengan Aplikasi memakai basis Teknologi Immersif. Basis teknologi immersif yang dimanfaatkan yaitu teknologi Augmented Reality (AR). Teknologi ini dipilih karena mampu berkolaborasi dengan Metode Sariswara untuk menjawab kemajuan zaman saat ini serta tantangan di masa pandemi yang sedang berlangsung.

Dengan memanfaatkan teknologi AR ini, membuktikan bahwa Tembang Dolanan Anak khas Tamansiswa mampu beberapa langkah maju ke depan menyesuaikan sistem pendidikan di era industri 4.0. Aplikasi gabungan ini nantinya berupa Buku Petunjuk Teknis tata cara memainkan tembang dolanan anak khas Tamansiswa. Buku ini dikolaborasikan dengan teknologi AR akan menghasilkan aplikasi yang interaktif diberi nama : ARTDA versi 1.0 (Augmented Reality Tembang Dolanan Anak). "Di buku ini akan ada beberapa gambar yang apabila dilihat dengan kamera HP Android akan memunculkan animasi 3D yang menarik sekaligus informatif," ujarnya.

Informasi yang ada di aplikasi akan dihubungkan melalui internet dengan menyertakan link file audio dan video. Dua metode berkolaborasi, baik Metode Sariswara yang mungkin dianggap kuno mampu berpadu dinamis dengan metode AR yang mewakili teknologi terbaru abad ini.

Cak Lis berharap, ARTDA versi 1.0 ini menjawab tantangan bahwa kekayaan tradisi kita sanggup menyesuaikan dengan kemajuan zaman dan bisa mendunia melalui aplikasi. Aplikasinya akan dishare secara terbuka melalui Google-Play yang bisa diunduh bebas (sementara). Selain itu pemanfaatan teknologi ini diyakini menjadikan Metode Sariswara akan mampu diserap oleh seluruh lapisan masyarakat dengan lebih cepat dan semakin mudah dipahami. Target untuk tahun berikutnya menggagas ARTDA dengan versi berikutnya yang melengkapi versi sebelumnya dengan menggali Permainan Tradisional Anak dengan Lagu dari berbagai daerah di seluruh Nusantara (versi Sumatera, versi Kalimantan, versi Maluku, versi Bali Lombok atau versi Papua).

Hal ini sesuai dengan petunjuk Ki Hadjar Dewantara, agar sejak dini anak ditanamkan kecintaan pada budaya bangsanya sehingga kelak dewasa yakin bahwa keragaman aneka budaya kita bila disatukan akan memperkaya dan menjadikan budaya bangsa kita unggul. "Itulah persatuan kebudayaan utuh dari keragaman budaya bangsa Indonesia dan inilah dasar-dasar watak manusia khas Indonesia," tandasnya.(Jay)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X