"Tapi jika terjadi sesuatu maka kita sudah mempunyai tameng di dalam diri kita masing masing. Dan dengan apa yang diajarkan oleh bulan puasa bahkan kita harus merangkul semuanya bisa bergandeng tangan dan bisa meredam semua kebencian, semua emosi dan lain sebagainya, sehingga negara kita tetap kuat dan jaya," kata Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid kepada wartawan.
Termasuk juga, lanjut Shinta, upaya untuk merawat toleransi dan keberagaman. Serta menjaga keberagaman yang memang selama ini kita perjuangkan. Dan kebangkitan nasional ini adalah bagaimana dapat mengingatkan kembali sejarah perjuangan dalam mempersatukan Indonesia dan juga mengisi kemerdekaan.Â
Sahur bareng Shinta Wahid, tidak hanya diikuti para umat muslim, pun umat dari lintas agama juga larut dalam acara tersebut. Hal ini dapat menggambarkan, toleransi di Yogyakarta masih dipegang teguh.
Dari informasi yang himpun, sahur keliling pada bulan Ramadan tahun ini, merupakan tahun ke 20 rutinitas tersebut dilakukan. Untuk di Yogyakarta, menjadi tahun ke-lima dilaksanakan. (Ive)