Sementara itu, pergelaran wayang kulit, macapatan dan lampah ratri mewarnai kegiatan menyambut tahun baru Jawa 1 Sura di Pura Pakualaman, semalam. "Saat menjalani lampah ratri, digunakan untuk introspeksi, mengenang masa lalu dan menatap masa depan, agar kita tetap berada di jalan yang benar," tutur GKBRAA Paku Alam sebelum acara dimulai.
Sedangkan KPH Indrokusumo mengungkapkan, ketika menjalani lampah ratri peserta sepanjang jalan sambil berdoa. Itu sebabnya lampah ratri mengelilingi wilayah Pakualaman berjalan dalam keheningan.Â
Awalnya tradisi itu pesertanya hanya sedikit berangkat dari halaman Kepatihan Pakualaman. Tetapi kemudian pesertanya semakin bertambah, kemudian penyelenggaraan dipindah di Pura Pakualaman. Kegiatan tersebut sebagai upaya melestarikan budaya warisan leluhur. .
Pergelaran wayang kulit tadi malam mengambil cerita Pandhawa Kumpul dengan dalang Ki Margiono dari Bantul. Pengambilan cerita terseut membawa pesan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan.Â
Pergelaran wayang kulit di gerbang utama Pura Pakualaman atau Wiwara Kusuma Winayang Reka. Penyerahan tokoh wayang Puntadewa oleh BPH Kusumo Bimantoro kepada ki dalang sebagai tanda dimulainya pergelaran wayang kulit. (Feb/War)