PROGRAM Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang digulirkan pemerintah pusat ternyata tidak sekadar memberi manfaat untuk menunjang prestasi di sekolah. Dari aspek sosial, KIP ternyata memiliki dampak yang cukup luas. Salah satunya yang dialami Silvia Askana Asmawati Kirana.
Pelajar jenjang Sekolah Dasar (SD) ini mengaku memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi usai mengetahui mendapatkan tabungan sebesar Rp 450.000 lantaran menjadi penerima KIP. “Saya jadi semakin ‘PD’ karena memiliki tabungan,†akunya polos saat ditemui di rumahnya Warungboto Umbulharjo Yogyakarta.
Rasa ‘PD’ alias percaya diri tersebut muncul karena sebelumnya ia sempat merasa tidak bisa seperti teman-teman di sekolahnya. Seperti saat jam istirahat, Silvia mengaku banyak teman-temannya leluasa memilih berbagai jenis jajanan yang ada di sekitar sekolah. Berbeda dengan dirinya yang kerap membawa bekal dari rumah sehingga harus menahan hasrat untuk jajan. Namun bukan berarti dirinya tidak diberi uang saku oleh orangtuanya, hanya nominalnya jauh lebih sedikit dibanding teman sekelasnya.
Setiap hari, siswi yang duduk di bangku kelas 4 SDN Giwangan 1 Kota Yogya ini dibekali Rp 2.000 disamping bekal makanan yang disiapkan oleh sang bunda. Sedangkan rata-rata teman sekelasnya memiliki uang saku Rp 5.000 atau lebih. Sehingga ia kerap memilih memanfaatkan uang jajan usai jam sekolah setelah bekalnya habis.
Begitu juga dengan fasilitas personal seperti buku, tas, sepatu hingga kaos kaki. Tidak sedikit teman-temannya yang memiliki beragam corak buku hingga menarik perhatian. Begitu juga perlengkapan lain. Bagi Silvia, fasilitas yang dimilikinya meski hanya seadanya tapi tetap dirasa cukup. “Ingin punya yang bagus-bagus tapi belum bisa,†aku anak kedua pasangan Nanang Ibrahim dan Fajar Nurfarida ini.
Namun demikian, rasa minder serta serba kekurangan kini perlahan sirna. Apalagi setelah ia diberitahu menjadi salah satu penerima KIP. Pasalnya, tabungan senilai ratusan ribu rupiah dan diatasnamakan dirinya baru kali ini ia alami. Seolah uang tersebut merupakan miliknya dan bebas untuk dibelikan keperluan sekolah.
Adanya tabungan berupa KIP itu pun lantas membuatnya ‘PD’. Senang bukan kepalang karena merasa sangat diperhatikan oleh pemerintah. Hal itu pula yang mendorongnya untuk lebih giat belajar dan bisa meraih prestasi serta memperoleh beasiswa. Sementara KIP yang diterimanya, saat ini masih tersimpan dan kelak akan dimanfaatkan untuk kebutuhan pendidikan yang mendesak.
Orangtua Silvia, Nanang Ibrahim, mengaku tidak kesulitan untuk mencairkan KIP yang layaknya kartu ATM. Pasalnya, fasilitas pendukung sangat mudah ditemui. Bahkan, bantuan dalam bentuk nontunai itu pun bisa memberikan edukasi keuangan bagi masyarakat. Hal ini justru akan mendorong penerima bantuan untuk terus menabung dan mengontrol pengeluaran.