Indonesia Banjir Hoax, Ini Solusi dari Pakar ESQ

Photo Author
- Sabtu, 11 Februari 2017 | 05:21 WIB

LEWAT otoritas dan penegak hukum, pemerintah telah aktif untuk menangkal penyebaran hoax dan ujaran kebencian (hate speech) yang semakin banyak menyebar lewat sosial media. Namun bukannya berhenti, fenomena tersebut justru semakin deras menghujani masyarakat Indonesia.

Hal tersebut sangat dikhawatirkan oleh Ary Ginanjar, Pendiri Emotional Spiritual Quotient (ESQ), akan merusak karakter bangsa bila tidak segera dihentikan. Ary mengibaratkan tubuh kita sebagai kristal cairan layaknya sebuah penelitian yang dilakukan oleh pakar sains Masaru Emoto di Jepang.

Dalam penelitian tersebut, Masaru menempel kata-kata negatif pada gelas yang berisi air dan meminta orang yang melihat gelas tersebut untuk mengutarakan hinaan seperti yang tercantum.

Lambat laun, kristal air dalam gelas tersebut menjadi rusak dibandingkan dengan gelas yang tidak ditempeli kata-kata negatif. "Sama seperti kita, kata-kata negatif akan menempel pada diri kita dan membuat sel-sel tubuh kita menjadi buruk. Karena tubuh kita mayoritas terdiri atas cairan," ungkapnya ditemui KRjogja.com dalam kegiatan 'UNY Bersholawat', belum lama ini.

Menurut Ary, upaya pemerintah untuk menangkal hoax dan ujaran kebencian tidak bisa dilakukan tanpa peran serta masyarakat. Selain harus lebih hati-hati dan melakukan kroscek atas informasi yang didapat, masyarakat juga harus meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan. "Salah satunya dengan kegiatan bersholawat seperti ini. Bisa juga mengaji, dan membaca buku ilmu pengetahuan," pesannya.

Saat beribadah dan membaca buku, menurutnya, kita akan melepaskan perhatian kita dari gadget dan berpindah pada hal yang positif. Dengan demikian, jiwa kita akan menjadi sejuk dan tidak mudah terpancing emosi yang terjadi bila kita kecanduan gadget. Dan tanpa disadari, pikiran akan menjadi lebih jernih dan fenomena negatif tersebut dapat diredam.

Pakar ESQ yang mendapat gelar Doktor Honoris Causa di UNY tersebut juga menyatakan bahwa fenomena hoax dan ujaran kebencian dapat ditanggulangi hanya dalam waktu satu dan dua tahun.

Selama, ada kemauan dari seluruh komponen masyarakat untuk bersatu-padu melawan fenomena tersebut. "Bisa cepat kita basmi asal kita mau sama-sama intropeksi dan tingkatkan sholawat, ngaji, dan baca buku," tegasnya. (Ilham Dary)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X