Sambil merokok, Wagimin tidak berhenti bercerita. Ketika Wagimin hendak meminjam uang pada sang ayah untuk membuat SIM, sang ayah pun tidak memberi uang pinjaman tersebut. Kemudian ayah Wagimin berkata, “saiki nek kowe arep nyopir aku ra mangestoni, nek kowe gelem ajar gawe blangkon aku mangestoni, sesuk kowe iso duwe pelanggan dhewe." (sekarang kalau kamu ingin jadi supir, aku tidak merestui. Kalau kamu ingin belajar membuat blangkon, saya merestui. Besok kamu akan memiliki pelanggan sendiri).
Pada zaman itu, tidak ada asuransi untuk sopir bus atau truk. Apabila terjadi kecelakaan, seluruh tanggungjawab akan ditanggung si sopir termasuk apabila si sopir terluka. Hal tersebut yang membuat ayah Wagimin tidak memberi restu. (Salsabila Anissa)
Setelah tidak menjadi sopir, Wagimin kemudian memulai usaha membuat blangkon. Tidak langsung sukses, jalan berlikupun ia jalani sebelum ia dipercaya banyak orang seperti sekarang ini. Selanjutnya
Sebelum Tidur, Wagimin pun Hafalkan Proses Membuat Blangkon
Baca Juga : Mondolan Blangkon Jogja Solo Berbeda, Ini Penjelasannya