YOGYA (KRjogja.com) - Blangkon identik dengan busana tradisional masyarakat jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dalam perkembangannya, blangkon tidak hanya berfungsi sebagai penutup kepala saja, namun juga simbol status bagi masyarakat pemakainya.
Blangkon di setiap daerah mempunyai ciri khas masing masing. Seperti blangkon gaya Yogyakarta, mempunyai tekstur dan motif yang berbeda dari daerah lain, misal jawa tengah, jawa barat, solo dan lainnya.
Kali ini KRjogja.com akan membahas perbedaan filosofi blangkon dari dua wilayah yaitu Yogyakarta dan Solo. Seperti diketahui blangkon dari kedua daerah ini memiliki ciri fisik yang berbeda.
1. Blangkon Yogyakarta
Blangkon gaya Yogyakarta mempunyai mondolan pada bagian belakang blangkon. Hal ini dirunut sejarah pada waktu itu laki-laki Yogya memelihara rambut panjang kemudian diikat keatas, kemudian ikatan rambut disebut gelungan kemudian dibungkus dan diikat, lalu berkembang menjadi blangkon.
Mondolan dibelakang juga dikaitkan dengan filosofi masyarakat jawa yang pandai menyimpan rahasia, tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri karena ia akan serapat mungkin dan dalam bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kiasan dan bahasa halus, sehingga menjadikan mereka selalu berhati-hati tetapi bukan berarti berbasa-basi, akan tetapi sebagai bukti keluhuran budi pekerti orang jawa.
Dapat juga diartikan masyarakat Yogya pandai menyimpan rahasia dan menutupi aib, akan berusaha tersenyum dan tertawa walaupun hatinya menangis. Dalam pikirannya hanyalah bagaimana bisa berbuat yang terbaik demi sesama walaupun mengorbankan dirinya sendiri.