Krjogja.com - YOGYA - Praktisi Lingkungan bidang Penanganan Sampah, Prabowo menyampaikan opsi untuk mengurai persoalan di DIY. Menurut dia dibutuhkan rencana strategis (Renstra) jangka panjang agar persoalan seperti saat ini tidak terjadi lagi.
"Kalau situasinya sudah seperti ini, TPAnya sudah overload, sedangkan alternatif lainnya tidak dipersiapkan dengan baik, cuma satu yang bisa dilakukan, yaitu membuat TPA darurat yang bisa menampung untuk jangka waktu lima tahun. Menyelesaikan permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan dengan cara spontan tanpa perencanaan yang matang," ungkap Prabowo ketika berbincang, Selasa (12/9/2023).
Prabowo menjelaskan teknologi yang bisa digunakan untuk mengurai sampah yakni meliputi komposting, maggot juga RDF yang seluruhnya harus dipersiapkan.
Baca Juga: Dibangun Baznas, Rumah Kompos Dorong Peternak Lebih Mandiri
Seluruh elemen berperan mulai dari memilah sampah, kemudian setelah jadi penyerapannya juga disiapkan.
"Kalau tidak akan seperti sekarang, contoh komposting, bikin kompos prosesnya gampang, tapi proses pemilahan sampahnya harus dilakukan sejak dari rumah bukan di TPS. Selanjutnya setelah jadi kompos siapa yang akan menggunakan juga harus dipikirkan, jangan sampai hasilnya malah akan menjadi sampah kembali," lanjutnya.
Setelah dilakukan pemilahan, menurut Prabowo, pengolahan sampah akan lebih gampang, baik itu melalui komposting, maggot ataupun RDF.
Dari seluruh volume sampah seharusnya 60 persen sampah organik ini bisa dimanfaatkan, yang 20 persen dipergunakan untuk bahan industri seperti daur ulang dan sebagainya.
Baca Juga: Satuan Brimob Polda DIY Salurkan Air Bersih
"Kamudiab sisanya 20 persen, yang tidak memiliki nilai ekonomis itulah yang kita musnahkan menggunakan incinerator. Dengan demikian 100 persen sampah bisa dikendalikan," urai Prabowo.
Di sisi lain pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup juga harus memperhatikan pengangkutan sampah yang sudah dipilah dari rumah. Jangan kemudian truk pengangkutnya dijadikan satu sehingga mudah tercampur lagi.
Disinggung mengenai dampak lingkungan yang akan ditimbulkan oleh teknologi pemusnah sampah incinerator, Prabowo menjelaskan, bahwa apapun teknologinya pasti memiliki dampak. Hanya saja semuanya bisa disiasati agar minimal.
Baca Juga: Nizar Kherid, dari Wartawan Menuju Senayan
"Rata-rata orang akan bertanya, asap pembakarannya bagaimana, tingkat kebisingannya gimana, dan tingkat level panasnya seperti apa. Semua aplikasi teknologi pasti berdampak pada lingkungan, tugas dari para enginer adalah memberikan manfaat sebesar-besarnya, dengan memperkecil dampaknya. Kalau sampai nol nggak akan mungkin, tapi bagaimana kita bisa meminimalisir hal tersebut," tandas Prabowo yang juga menjabat Direktur Eksekutif PT Dodika Prabsco Resik Abadi, pencipta Dodika Incinerator.
Ditambahkan Prabowo, incinerator yang diproduksinya telah lulus uji, dan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang diatur oleh pemerintah.
Penempatan mesin incinerator lebih tepat dipasang pada TPS, karena akan menghemat biaya transportasi dan menghindari transfer sampah dari TPS ke TPA, sehingga di TPA sampahnya bisa dikendalikan.
"Disitulah aplikasi teknologi seperti incinerator ini supaya dampaknya bisa diminimalisir," ungkapnya. Terakhir ini saya sedang bermitra dengan Bali untuk menangani permasalahan sampah disana, dan hasilnya maksimal," pungkasnya. (*)