Krjogja.com - Tradisi mendhem ari-ari dan brokohan sudah dilakukan masyarakat Jawa sejak dulu. Terutama di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Tradisi ini dilaksanakan sesaat setelah lahirnya bayi. Mendhem ari-ari berarti menguburkan ari-ari (plasenta).
Brokohan berarti membuatkan sekumpulan makanan sebagai tanda syukur kelahiran bayi di dalam keluarga.
Kedua tradisi ini biasanya dilakukan tepat pada hari kelahiran bayi. Namun, jika situasinya tidak mungkin, seperti bayi lahir terlalu malam, maka mereka boleh dilakukan pada hari berikutnya.
Ari-ari dianggap istimewa bagi masyarakat Jawa. Oleh karenanya, diperlukan langkah merawat dengan baik yaitu mendhem (menguburkan).
Ayah bayi bertanggung jawab untuk melakukan prosesi mendhem ari-ari. Sang ayah dalam melakukan prosesi ini mengenakan busana khusus.
Baca Juga: Ramadan Makin Dekat, Kalau Dzikir Kamu Pilih Tasbih Digital atau Manual?
ia harus mengenakan busana padintenan yang rapi, dilengkapi dengan nyamping dan blangkon gagrak Yogyakarta.
Setelah dibersihkan hingga tidak ada darah di dalamnya, ari-ari dimasukkan ke dalam kendil, periuk kecil yang terbuat dari tanah liat.
Selain ari-ari, disertakan berbagai macam perlengkapan: garam, kain mori, jarum, benang, kertas bertuliskan huruf Jawa-Latin-Arab, dan kembang sritaman.
Minyak wangi, kembang boreh, kunyit, kemiri, ganthal, uang logam, lawe, beras, gereh pethek, dan daun keladi juga dimasukkan dalam versi lain.