Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, khususnya dalam bidang seni bela diri tradisional pencak silat.
“Semoga semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk mengembangkan bakat dan minatnya dalam seni bela diri pencak silat, sehingga dapat menjadi generasi penerus yang melestarikan budaya bangsa,“ jelasnya.
Lebih lanjut Sugianta menjelaskan bahwa Kemdikbudristek telah menegaskan pencak silat adalah seni bela diri tradisional asli Indonesia. Pencak silat sudah ada dari zaman nenek moyang dan diturunkan dari generasi ke generasi hingga saat ini.
Pencak silat, menurut Sugianta merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari budidaya yang sudah turun temurun dikembangkan di Indonesia. Secara praktis-pun, pada masa penjajahan Belanda, pencak silat sudah ada dan dipakai untuk melawan penjajah.
Baca Juga: Usai Keluar Penjara, Bunuh Teman Sendiri
Pencak silat berkembang pesat di Indonesia karena terus terpelihara dengan baik oleh masyarakat.
Dijelaskannya, bahwa Pemerintah Republik Indonesia melalui Kemdikbudristek telah berhasil memperjuangkan pencak silat sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Sejak awal kemerdekaan, Kementerian Pendidikan telah menaruh perhatian kepada pencak silat.
Menurut Sugianta, referensinya pada buku berjudul “Republik Indonesia – Daerah Istimewa Jogjakarta” terbitan Kementerian Penerangan tahun 1953, ditulis bahwa di zaman kolonial Belanda, Ki Hajar Dewantara memerintahkan kepada Mohammad Djoemali untuk mengajarkan pencak silat dalam kurikulum sekolah Tamansiwa kendati dilarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Baca Juga: Syawalan Keluarga Pahlawan Nasional Berlangsung Meriah
Tercatat dalam buku itu, Tamansiswa adalah sekolah formal pertama di Indonesia yang memasukkan pencak silat dalam kurikulumnya, kemudian disusul oleh INS Kayu Tanam yang dikelola oleh Mohammad Syafei.
Menteri PP dan K (sekarang Mendikbud), Ki Mangunsarkoro pada tahun 1949 memerintahkan Mohammad Djoemali untuk bersafari ke luar Jawa mempelajari dan mengiventarisasi khasanah ilmu pencak silat dari pelosok tanah air.
Untuk keperluan pendidikan, selanjutnya pada tahun 1950 Mohammad Djoemali merumuskan materi gerakan-gerakan pencak silat untuk diajarkan di sekolah-sekolah. Sugianta menambahkan, secara resmi materi tersebut diserahkan kepada Menteri PP dan K Republik Indonesia Dr Bahder Djohan dan disyahkan untuk diterapkan di sekolah-sekolah.
Demikian besar perhatian para Bapak Pendidikan Indonesia sejak awal kemerdekaan kepada pencak silat, menjadi motivasi untuk melahirkan kegiatan Festival Pencak Silat sebagai salah satu kegiatan dalam menyemarakkan Hardiknas 2024. Pada tahun ini sebagai rintisan awal, baru diperlombakan nomor seni tunggal IPSI antar sekolah.
“Harapannya, ke depan dapat menjadi even rutin yang berkembang memperlombakan semua nomor seni dan festival,” pungkasnya.(*)