KRjogja.com - YOGYA - Dewan Pendidikan DIY dan Pondok Pesantren Marifatullah Yayasan Kiwari menggelar 'Sosialisasi Pendidikan Khas Kejogjaan (PKJ) untik Pondok Pesantren' di Dinas DIKPORA DIY pada Rabu, 22 Mei 2024.
Adapun kegiatan yang dihadirkan berupa diskusi tentang Internasisasi nilai-nilai PKJ. Narasumber yang dihadirkan ialah Sutrisna Wibawa selalu Ketua Dewan Pendidikan DIY dan Suharmanto selaku Pembina Yayasan Kiwari.
Dalam topik tersebut Sutrisna Wibawa memaparkan PKJ berbasis budaya Jogja, di mana sumber budaya Jogja diimplementasi dari Kraton Yogya, Kadipaten Pakualaman, Muhammadiyah, Pondok Pesantren, Tamansiwa, dan Barat.
Baca Juga: 19 Lulusan Prodi Profesi Arsitek FTSP UII Ikuti Pengambilan Sumpah Keprofesian Arsitek
"Dari sumber-sumber itu salah satunya pondok pesantren. Kali ini pihaknya ingin menggali sumber nilai pondok pesantren yang ada di Yogya. Pendidikan Khas Kejogjaan yang sudah berlaku mulai Januari kemarin, mulai dari Paud sampai perguruan tinggi. Hari ini kita bersinergi dengan pondok untuk mensosialisasikan konsep pondok. "ujarnya.
Sutrisna melanjutkan, nilai pondok pesantren itu bisa diinternalisasi ke anak-anak karena memiliki budaya dan nilai cukup banyak. Pendidikan itu nantinya terintegrasi dengan mata pelajaran terkait dan sebagai tahap awal.
"Banyak nilai dari pondok yang implementatif, yang tentu dipengaruhi oleh Islam. Kami ingin Konsep Pondok ini diangkat dan dimasukkan dalam sumber nilai untik diterapkan pada Pendidikan Khas Kejogjaan,"ujarnya kembali.
Suharmanto selaku Pembina Yayasan Kiwari menuturkan mengharapkan dari dewan pendidikan khususnya pendidikan itu nantinya untuk membuat rencana strategi.
"Kami dari ponpes, sudah punya lahan, rencana kita mau bangun pendidikan itu di mana punya karakter Yogya. Dimana mencakup Pendidikan Khas Kejogjaan jogja, keistimewaan dan juga nilai nilai keagamaan," ujar Suharmanto.
Suharmanto menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak tidak ada dikotomi. Antara pendidikan agama dengan pendidikan umum adalah sesuatu yang memang harus sejalan dengan kebudayaan untuk menuju sebuah kesejahteraan.
"Maka dari itu kami memiliki pondok pesantren lansia. Yang memiliki pendopo dan juga masjid. Pendopo dan itu juga kita sering mengadakan kegiatan dengan warga sekitar. Harapan kami ingin kerja sama baik itu dengan swasta atau lembaga, kemudian juga dengan pemerintah. memang harus konvergensi sehingga pendidikan yang diharapkan segera tercapai," katanya.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Tri Widyatmoko ST MT, mewakili Kepala Dinas DIKPORA DIY menuturkan sangat mendukung acara yang digelar tersebut.
"Kita semua sangat paham tentang urgensi nilai kebudayaan Yogya. Diintegrasikan dengan mata pelajaran bahasa Jawa dan seni budaya. Misalnya, 'sangkan paraning dumadi' ini kan filosofi Yogyakarta ya. Kemudian sejarah Yogya terkait dengan pelajaran sejarah. Lalu tata krama, 'unggah-ungguh' terkait dengan mata pelajaran bahasa Jawa," tutur Tri. (*3)