Menurut Tukiman, busur kasumedangan juga didesain untuk perang. ”Busur kasumedangan yang dahulu dimiliki Pakualam I masih ada, ujungnya runcing, sehingga saat kehabisan anak panah dapat digunakan sebagai senjata,” urainya
Olahraga panahan termasuk jemparingan, menurut Tukiman bagus untuk anak anak. ”Manfaatnya merangsang anak untuk berpikir lebih cepat, maka cocok untuk menjadi kegiatan ekstra kurikuler di sekolah,” jelasnya.
Melalui jemparingan, menurut Tukiman anak-anak usía sekolah akan memahami filosofi pamanthenging gandewo pamanthenging cipto. “Maknanya sangat luhur, segala perbuatan manusia dalam hidupnya harus ditujukan kepada Tuhan,” tandasnya.
Tukiman juga menjelaskan seputar peralatan olahraga jemparingan. Bagian-bagian dari busur terdiri dari cengkolak (handle) yang digunakan untuk pegangan.
Baca Juga: Sejak Juli 2023, Pemerintah Putus Akses 1,9 juta Konten Judi Online
Bambu panjang dari busur disebut lar, pada ujungnya ditambah kayu kandelan atau siyah. Busur juga dipasang tali yang disebut sendheng, bahannya dari tali dachron .
Anak panah bambu disebut deder, di luar Yogyakarta disebut shaff. Sedangkan mata panah disebut bedor, pada pangkalnya dipasang nock atau nyenyep. Wulu dipasang pada deder dengan fungsi sebagai stabilizer.
Pada workshop ini para pengunjung diberi kesempatan untuk belajar dan praktik panahan tradisional dibimbing para pegiat jemparingan. Usai workshop, kegiatan dilanjutkan dengan lomba jemparingan yang diikuti 50 pegiat olahraga ini dari seluruh DIY. (*)