Workshop Jemparingan Semarakkan Bulan Hardiknas di Benteng Vredeburg

Photo Author
- Sabtu, 25 Mei 2024 | 06:51 WIB
Ilustrasi Jemparingan (Foto : Istimewa)
Ilustrasi Jemparingan (Foto : Istimewa)

Krjogja.com - YOGYA - Puncak acara semarak Hardiknas 2024 berlangsung 3 hari, Jumat hingga Minggu (24-26/5/24) di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Pada hari pertama, Jumat (24/05/24) salah satu kegiatan yang menarik adalah Workshop Jemparingan.

Kegiatan ini merupakan upaya Kemdikbudristek untuk mengkampanyekan jemparingan sebagai salah satu olahraga panahan tradisional di Indonesia.

Hadir dalam workshop ini, Tukiman, Wakil Ketua 1 Bidang Jemparingan dalam kepengurusan Perpatri pusat.

Jemparingan menurut Tukiman berasal dari kata jemparing yang artinya anak panah. Menjadi permainan olahraga kemudian disebut jemparingan.

Baca Juga: China adakan Latihan Militer di Selat Taiwan, Sinyal untuk Presiden William Lai?

”Dahulu hanya dimainkan di kalangan Keraton Kasultanan Yogyakarta, saat ini dikembangkan di masyarakat bahkan telah meluas secara nasional,” ujarnya. Federasi olahraga jemparingan bernama Perpatri Nusantara Jaya artinya Perkumpulan Panahan Tradisional Nusantara Jaya yang telah memiliki 21 Pengda di Indonesia.

”Perpatri bertujuan untuk mengangkat kembali panahan tradisional yang ada di Indonesia,” jelasnya. Jemparingan, menurut Tukiman menggunakan pakem gaya Mataraman Yogyakarta, namun demikian dalam kejurnas peserta mengenakan pakaian daerah masing masing.

”Panahan tradisional selain jemparingan Jogja , juga ada kasumedangan, gagrak Mataram (jegulan).

Dijelaskannya, kendati sama-sama berpakem Yogyakarta, namun ada beberapa perbedaan antara jegulan dengan jemparingan.

Baca Juga: Manchester United Dapat Kabar Baik dan Buruk Sekaligus Jelang Final Piala FA 2023/2024

”Jegulan saat menembakkan anak panah, posisi busurnya horizontal, sedangkan jemparingan posisi busurnya miring,” katanya. Perbedaan lainnya, pada jegulan (gagrak Mataram) jarak sasarannya 35 meter, sedangkan jemparingan jaraknya 30 meter.

Bentuk sasaran relatif sama, panjangnya juga sama 30 cm, namun diameternya berbeda. Diameter sasaran pada gagrak Mataram 5 cm, sedangkan jemparingan 3 cm.

Pada zaman dahulu, kavaleri Mataram dikenal efektif dalam peperangan. Mereka menggunakan busur horse bow berbahan kayu walikukun untuk perang berkuda.

Busur perang berkuda berbahan kayu ala Mataram menurut Tukiman ada di Museum Sonobudoyo. ”Busur itu dahulu digunakan Pengeran Diponegoro, bentuknya kendati belum dipasang tali sudah melengkung mirip tanduk kerbau,” ungkapnya.

Baca Juga: Menkominfo Mengaku Belum Terima Draf Resmi Revisi UU Penyiaran

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X