BANTUL, KRjogja.com – Penyair kawakan Tazbir Abdullah melontarkan kritik sosial lewat puisi saat gelaran bertajuk "Baca Puisi, Kopi, dan Musik" di Narasa Resto and Cafe, Banguntapan, Bantul, Selasa (25/3/2025) sore.
Puisi berjudul ‘Negara dan Puasa’ yang ia bacakan menggambarkan kondisi bangsa dengan sentilan tajam soal korupsi, keserakahan, dan ketidakmampuan menahan diri.
"Indonesia negara besar, besar pula masalahnya. Rakyat sudah gusar, korupsinya di mana-mana…," begitu penggalan puisi yang disampaikan Tazbir, berkolaborasi dengan musikus Dr Memet Chaerul Slamet.
Acara ini digelar santai menjelang waktu berbuka puasa. Seusai pembacaan puisi, diskusi hangat dilakukan bersama penonton, dipandu oleh Devi Kusumawardhani SE Mak.
Musik Menyatu dengan Puisi
Kolaborasi Tazbir dengan Memet bukan sekadar tempelan musik biasa. Memet mengaku, ia benar-benar mendalami isi puisi sebelum menyusun aransemen musik pengiring. Musik dimainkan untuk memperkuat pesan dan suasana puisi, bukan sekadar latar.
"Musik dan puisi harus saling menyatu, mengalir, dan menambah rasa. Jadi, saya pelajari betul puisinya sebelum tampil," jelas Memet.
Baca 3 Puisi Bertema Sosial & Kehidupan
Selain ‘Negara dan Puasa’, Tazbir Abdullah juga membacakan dua puisinya yang lain berjudul ‘Aku Terlanjur’ dan ‘Sanger’ — puisi yang terinspirasi dari kopi khas Aceh.
"Puisi-puisi ini saya tulis sebagai bentuk kegelisahan, ekspresi batin atas kondisi sosial yang saya rasakan," ujar Tazbir.
Acara ini menjadi ruang refleksi sekaligus hiburan menjelang waktu berbuka puasa. Kritik sosial yang disampaikan lewat puisi berpadu apik dengan musik, memberikan kesan mendalam bagi para penonton. (Cil)
