Krjogja.com, YOGYA - Liburan mahasiswa bukan cuma sekelompok meninggalkan Yogyakarta dan kembali ke kampung halaman rumah masing-masing. Tapi juga meninggalkan mereka yang diuntungkan oleh kehadiran para mahasiswa.
Yang dimaksud saat ini adalah mereka yang mengelola parkiran. Mereka yang mengandalkan uang hasil mengelola kendaraan mahasiswa dan pemuda yang mampir ke tempat bekerja mereka.
Salah satu tempat yang kerap kali dikunjungi mahasiswa adalah lokasi dengan pilihan makanan yang banyak. Gelanggang Olahraga atau GOR Klebengan adalah satu dari sekian banyak tempat yang dikunjungi mahasiswa.
Per pantauan pada Senin (14/7/2025), diketemukan bahwa beberapa sepeda motor terparkir disana jumlahnya tidak banyak. Meja-meja yang tersedia disana juga tidak dipenuhi oleh orang-orang.
Hanya beberapa yang singgah dengan duduk disana. Jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.
Penurunan jumlah ini yang menjadi permasalahan bagi para juru parkir. Dimana beberapa dari mereka menggantungkan kehidupannya dengan mengelola parkir.
Juru parkir yang pertama yang ditemui bernama Sukardi. Ketika ditanyakan mata pencahariannya, ia menjawab, "mata pencaharian pokok saya ada disini (di Klebengan -red)."
Pria yang mengaku sudah 50 tahun hidup di Klebengan itu mengatakan bahwa ia sangat merasakan adanya penurunan dana di waktu-waktu ini.
"Karena memang pengunjung disini kan 60% dari mahasiswa ya. Sementara mahasiswa pada mudik," ujarnya, "liburan semester ini ya banyak sih penurunan."
Selain Sukardi, kawannya yang lain juga turut merasakan kesulitan yang persis. Juru parkir yang bernama Heri mengatakan, "pendapatan berkurangnya hampir banyak sekali. Turun-turunnya banyak banget ini."
Mau tidak mau, kedua orang ini harus menyesuaikan diri untuk tetap bertahan hidup. Kedua orang ini melakukan cara yang berbeda dalam beradaptasi.
Sukardi sendiri misalnya, ia hanya mengandalkan penyesuaian pengeluarannya sendiri.
"Pengeluaran saya menyesuaikan dari apa yang saya dapat. Jadi artinya kita harus terpaku sehari. Saya hanya menyesuaikan pendapatan saya," ujarnya.
Ia kemudian memberi contoh dengan penghasilannya dengan permisalan. Jika ia mendapat uang sebanyak Rp. 50.000, maka uang tersebut akan di-manage dan tidak dipaksa untuk dikeluarkan.