Lurah-Lurah Berpakaian Peranakan Jaga Malioboro, Ingin Masyarakat Aman dan Nyaman

Photo Author
- Senin, 1 September 2025 | 14:55 WIB
Paguyuban lurah jaga wilayah Malioboro (Ist)
Paguyuban lurah jaga wilayah Malioboro (Ist)

Krjogja.com - YOGYA - Kantor DPRD DIY serta Bundaran UGM menjadi titik unjukrasa, Senin (1/9/2025) hari ini. Jogja Memanggil dengan tema Maklumat Rakyat menyampaikan aspirasi terkait kondisi negara saat ini.

Masyarakat di sekitaran Malioboro diketahui mulai menutup akses masuk ke kampung untuk mencegah hal-hal tak diinginkan terjadi. Personel dari TNI juga disiagakan di DPRD DIY sejak pagi tadi.

Baca Juga: Semarang Bersiap Jadi Ibukota Kartun Indonesia, Kadisbudpar Dukung Pendirian Museum Kartun

Di sisi lain, pendekatan humanis juga dilakukan di mana 200 personel paguyuban lurah dan pamong kalurahan DIY Nayantaka DIY ikut terjun ke lapangan. Bersama Jaga Warga, mereka diterjunkan untuk berjaga di kawasan Malioboro mengenakan pakaian peranakan Jawa.

Ketua Nayantaka DIY, Gandang Hardjanata, mengatakan penjagaan dilakukan untuk memastikan kondisi tetap terkendali. "Kami bersama-sama menjaga masyarakat untuk tetap aman dan terkendali," ungkapnya.

Menurut Gandang, personel akan ditempatkan di sepanjang Jalan Malioboro. Ia menegaskan bahwa penyampaian aspirasi boleh dilakukan, namun tidak boleh dengan kekerasan.

Baca Juga: Closing ARTJOG Berlangsung Khidmat, Doa Dipanjatkan untuk Kebaikan Negeri

"Kami tidak anti-demo, tapi kami tidak menghendaki demo itu dengan kekerasan. Tetap mengedepankan dialog dan musyawarah. Jadi sesuai dengan dhawuh Ngarsa Dalem, kita tegak lurus dengan itu," lanjutnya.

Saat ditanya mengenai langkah jika massa hadir, Gandang menjawab, pihaknya akan menghimbau untuk menyampaikan aspirasi dengan baik. "Monggo menyampaikan aspirasi. Monggo, aspirasi disampaikan, tapi secara damai. Itu yang penting. Karena Jogja cinta damai. Jogja anti kekerasan. Bukan sifat orang Jogja kalau itu dengan kekerasan," tandasnya.

Dalam aksi pengamanan di Malioboro, para perangkat kelurahan dan anggota Nayantaka tampil berbusana Jawa dengan beskap dan jarik. Pakaian tradisional itu, menurut Gandang, tidak hanya menjadi seragam resmi, tetapi juga simbol kedekatan mereka dengan tradisi Keraton Yogyakarta.

"Alhamdulillah, teman-teman di 392 (kalurahan) menghimbau semua pada warganya untuk berlaku sesuai budaya Jogja. Boleh menyampaikan pendapat. Boleh. Kita tidak anti penyampaian aspirasi, tapi harus dengan cara yang sopan, cara yang sesuai dengan kebudayaan atau pribadi orang Jogja," pungkasnya. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

X