KRjogja.com - YOGYA - Meski harus menghadapi sejumlah tantangan seperti keterbatasan pasokan gas, banjir impor dari negara tetangga, hingga kebijakan pembatasan bahan baku. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) memproyeksi produksi keramik nasional sampai dengan akhir tahun ini tumbuh 15 persen (year-on-year) mencapai 474,5 juta metrik persegi dibandingkan tahun sebelumnya 412 juta meter persegi.
Adapun, kinerja utilisasi produksi nasional periode Januari-Oktober 2025 berada di sekitar 72,5 persen atau meningkat tipis dibandingkan kinerja semester I/2025 yang berada di level 71 persen. Perbaikan tingkat utilisasi produksi tersebut terjadi karena periode permintaan keramik yang meningkat pada semester kedua setiap tahun, khususnya Agustus-Desember.
"Kalau dari sisi volume produksi keramik Januari-Oktober 2025 diperkirakan berkisar 392,7 juta meter persegi bertumbuh sekitar 16 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. Realisasi kinerja produksi tersebut dicapai meski sempat terjadi krisis pasokan gas pada Agustus 2025 yang memicu produksi terhenti 50 persen," kata Ketua Umum Asaki Eddy Suyanto dalam Annual Meeting 2025 World Ceramic Tiles Forum (WCTF), di Hotel Tentrem, Senin (10/11/2025).
Baca Juga: Jadwal KA Prameks Jogja–Kutoarjo PP, Simak Waktu Keberangkatan dan Kedatangan Terbaru
Menurut Edy, adanya kinerja positif didorong oleh ekspor yang tumbuh sebesar 17 persen dengan pertumbuhan angka ekspor tertinggi ke Amerika Serikat (AS) 170 persen, Malaysia 50 persen dan Filipina 32 persen. Selain itu pihaknya sedang mengumpulkan data dan informasi-informasi terkait peningkatan lonjakan angka impor dari India sekitar 120 persen, Vietnam 130 persen dan Malaysia 170 persen. Selain itu pihaknya menilai adanya indikasi awal unfair trade dan transhipment produk dari China untuk menghindari bea masuk anti dumping (BMAD) dan safeguard.
"Saat ini, pengusaha juga masih cemas dengan kebijakan alokasi gas industri tertentu (AGIT) atas pemakaian harga gas bumi tertentu (HGBT) yang diberikan pemerintah. Pasalnya, penggunaan gas murah tidak optimal seiring dengan keterbatasan pasokan," terangnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufik Bawazier mengungkapkan, pihaknya optimis The 32nd World Ceramic Tiles Forum (WCTF) 2025 akan semakin memperkuat komitmen bersama dalam mendorong pembangunan industri. Melalui kolaborasi seluruh asosiasi industri keramik dunia yang didukung oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan. Forum WCTF 2025 akan memberikan kontribusi nyata dalam membangun industri keramik yang berkelanjutan, kompetitif dan inklusif, guna mendukung pemulihan ekonomi nasional maupun global.
Baca Juga: Profil Singkat 10 Tokoh yang Mendapat Anugerah Gelar Pahlawan Nasional Tahun Ini
"Industri keramik merupakan salah satu sektor unggulan yang diprioritaskan pengembangannya. Karena berbasis sumber daya alam lokal serta telah memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat," tuturnya.
Ditambahkannya, saat ini industri keramik nasional dengan kapasitas sebesar 625 Juta m2 telah menjadikan Indonesia sebagai TOP 5 (lima) besar produsen keramik dunia. Industri keramik nasional dengan total nilai investasi mencapai Rp 224 Triliun turut berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 40.000 orang di berbagai segmen rantai produksi.
Prospek pengembangan industri keramik nasional masih sangat menarik kedepannya seiring dengan pasar dalam negeri yang terus meningkat. Serta maraknya pembangunan infrastruktur, properti dan konstruksi serta masih rendahnya konsumsi keramik nasional sekitar 2,2 m2 per kapita lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang mencapai 3 m2 per kapita dan rata-rata dunia sebesar 2,5 m2 per kapita. (Ria)