Krjogja.com - BANTUL – Para pembuat film animasi Jumbo dari Visinema Studios membeberkan alasan di balik pilihan mereka menggarap film animasi berkualitas, meski prosesnya memakan waktu panjang hingga lima tahun. Hal itu disampaikan dalam sesi cerita di ajang Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) Market 20 2025 di JEC, Sabtu (29/11/2025).
Anggia Kharisma, Chef Content Officer Visinema Studios, mengungkapkan kegelisahan yang menjadi titik awal lahirnya Jumbo. "Kami gelisah sedikitnya tayangan yang mendidik di Indonesia. Kami buat konten baik yang bisa ditonton semua umur," ujarnya.
Ia menjelaskan, pengembangan Jumbo dimulai sejak 2019, bahkan sebelum Visinema Studios berdiri secara formal pada 2023. La tahun masa produksi hingga akhirnya bisa tayang pada 2025.
"Lima tahun bukan waktu yang sebentar, tapi memang itu waktu yang dibutuhkan. Proses produksi film animasi memang panjang dan membutuhkan perhatian besar pada detail cerita," lanjutnya.
Anggia menyebut bahwa Jumbo diproduksi dengan tidak mudah. Banyak hal dipertimbangkan hingga akhirnya bisa benar-benar muncul ke publik dan mencatat sejarah film Indonesia.
"Kami kedepankan kualitas, bagaimana punya cerita rasional dan relevan. Kita harus tahu juga siapa penonton kita. Kami belajar mendengarkan, seperti apa kata Don dalam film. Film, karakter dan cerita punya dampak yang besar bagi penontonnya," jelasnya.
Sementara, Herry B Salim, Group President & CEO Visinema Studios, menekankan pentingnya aspek keamanan tontonan sekaligus keberlanjutan bisnis dalam pembangunan IP animasi lokal. "Anak kecil sekarang perlu konten yang aman. Tapi aspek bisnis juga strategis," ujarnya.
Herry menjelaskan bahwa riset mengenai intellectual property (IP) telah dilakukan sejak 2016, merujuk pada kesuksesan studio global dalam mengelola karakter dan cerita sebagai aset jangka panjang. "Seperti Disney yang memperlakukan karakter sebagai IP. Aspek komersial jalan terus ada licensing, merchandise dan lain-lain. Ini penting untuk sebuah company bisa tumbuh. IP evergreen revenue akan terus berjalan," katanya.
Ia berharap kehadiran Jumbo dapat menjadi kebanggaan baru bagi anak-anak Indonesia terhadap IP lokal. Lebih jauh, Herry menilai pentingnya membangun ikatan antara penonton dan karakter.
"Bagaimana berpikir audience jadi fans, yang itu seumur hidup. Bagaimana storytelling evergreen," tandasnya.
Herry mencontohkan Snow White yang dikembangkan pada 1947 namun nilainya tetap relevan hingga saat ini. "Keberanian, perjuangan, kejujuran yang dikedepankan. Nilai-nilai yang kita sampaikan pada penonton," tuturnya.
Dengan proses panjang, riset mendalam, serta komitmen terhadap kualitas cerita, Jumbo diharapkan mampu menjadi salah satu tonggak kebangkitan animasi Indonesia serta membangun basis penggemar lintas generasi. (Fxh)